Banyak buku keroyokan yang laris manis di pasaran. Seperti antologi non fiksi "Menulis, Tradisi Intelektual Muslim",dan true story "Hidup tenang Tanpa Riba" yang ditulis Dwi Suwiknyo dan kawan-kawan itu memiliki nilai yang sarat makna.
Memotivasi kita untuk berkarya melalui tulisan. Bukus kumpulan cerpen berjudul "Ketika Cinta Menemukanmu" oleh beberapa penulis senior seperti Helvy Tiana Rosa, Gola Gong, Pipiet Senja, Habiburrahman El Shirazy dan penulis lainnya.
Buku antologi kumpulan cerpen tersebut dibuat sebagai Milad FLP (Forum Lingkar Pena) ke delapan tahun yang seluruh honor pengarang disumbangkan untuk Milad FLP (informasi di buku antologi).
Keuntungan Buku
Dari segi materi buku antologi bisa dibilang tidak banyak untungnya. Bisa disebabkan karena hasil penjualan buku (royalti) dibagi untuk beberap penulis yang terlibat.
Namun bagi penerbit buku antologi bisa jadi pertimbangan pasar karena dengan banyaknya penulis itu bisa dijadikan tenaga marketing gratis bagi buku tersebut. Iya kan, penulis yang ingin bukunya laku terjual secara otomatis mereka harus memasarkan sendiri buku-bukunya.
Keuntungan lain tentu saja menambah teman dan pengalaman berharga bagi penulis pendatang baru.
Untuk membuat buku antologi atau keroyokan agar laris manis di pasaran, lihatlah seperti apa tema dan isi yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pembaca.
Untuk koordinator buku antologi, ada baiknya melakukan dengan perhatian isi tulisan oleh tiap penulis dan bila perlu adanya seleksi lolos tayang di buku atau direvisi menjadi tulisan yang layak jual.
Dan apakah buku antologi itu penerbitannya hasil dana patungan atau mencari penerbit agar penulis tidak mengeluarkan dana (menunggu hasil royalti saja).
Bagi penulis pemula, kalau saja buku antologi perdana itu kurang laku di pasaran jangan pernah kecewa karena perjuangan dan pengorbanan tidak berhenti begitu saja.
Pengalaman itu adalah guru yang sangat berharga untuk kita terus mengasah keterampilan menulis kita memiliki buku tunggal atau buku antologi berikutnya.