Masyarakat prihatin melihat peringkat Global Talent Competitiveness Index (GTCI) bangsa Indonesia menduduki urutan ke-77 dari total 119 negara di dunia.
Dalam mengukur indeks GTCI, lima pilar yang digunakan antara lain enable, atau keberagaman dalam pengetahuan, pengalaman, dan cara menyelesaikan masalah.Â
Pilar kedua dan ketiga adalah attract atau kemampuan menarik sumber daya asing, dan grow atau kemampuan untuk meningkatkan kompetensi diri melalui pendidikan dan pelatihan.Â
Sementara dua pilar lainnya yang digunakan sebagai penilaian adalah pendidikan vokasional dan teknikal serta pengetahuan global.
Makna terdalam yang terkandung lembaga pendidikan tinggi adalah menyiapkan sebanyak mungkin SDM Iptek yang unggul. Baik SDM yang menggeluti teknologi terkini maupun teknologi tepat guna yang sangat dibutuhkan oleh usaha rakyat.Â
Untuk mencetak dua kategori SDM Iptek tersebut dibutuhkan program yang progresif dan luar biasa.Â
Menyiapkan SDM tanpa mewujudkan demokratisasi teknologi tidak akan optimal. Generasi Z dan milenial sebagian besar hanya menjadi obyek produk teknologi dari luar negeri.
Peran alumni untuk mengatasi kebutuhan ruang kreativitas dan inovasi di kampus almamaternya sangat dinanti. Â Mencetak generasi emas Indonesia tidak semudah membalikkan tangan.Â
Mesti ada usaha keras untuk melepas belenggu sistem pendidikan nasional lalu dibutuhkan inisiatif jitu yang sesuai semangat zaman. Karena pendidikan menjadi kunci kemajuan dan cara terbaik untuk meningkatkan martabat bangsa.
Ikatan alumni PT tidak boleh berpangku tangan, mesti membantu almamaternya untuk mengatasi masalah pembiayaan pendidikan.Â
Skema pembiayaan pendidikan dengan cara komersial, termasuk peluang pemerintah daerah dan perguruan tinggi untuk menerbitkan surat obligasi guna menutup biaya operasional, pengembangan infrastruktur kampus, hingga pemberian beasiswa dan skema kredit mahasiswa mesti menjadi agenda penting.