Libur telah tiba waktunya memanjakan diri dengan mendengar lagu-lagu metal. Jadwal libur saya di tengah minggu, setelah anak-anak berangkat sekolah langsung bongkar-bongkar tumpukan kaset/cd di lemari, cari-cari mana yang mau disetel. Proses ini benar-benar menyenangkan. Ambil satu kaset, lihat-lihat, nggak cocok balikin lagi. Setelah hampir 10 menit, akhirnya saya memilih kaset "the Best, the Rest, the Rare" punyanya Helloween.
Ruang tengah langsung bergemuruh dengan lagu "I Want Out", "Dr Stein", sampai "Future World". Istri saya langsung protes. "Pagi-pagi bikin brisik," katanya. "Cari lagu slow dong, yang enak di kuping," tambahnya. Saya pun kembali ke lemari ambil kaset "Chameleon", langsung pilih lagu "Windmill".
"Time goes wherever you are, time is your guiding star." Suara lembut Michael Kiske membuat istri saya tersenyum dan ikut nyanyi di bagian chorus "windmill, windmill keep on turning show me the way, show me today." Saya bilang ini band yang sama dengan yang tadi. Penjelasan saya soal Helloween masuk kuping kiri keluar kuping kanan, karena setelah "Windmill" selesai dan masuk ke lagu "Revolution Now" istri saya langsung protes lagi.
Lagu "Windmill" kayaknya lebih mudah diterima di Indonesia dibanding lagu-lagu Helloween lainnya yang lebih kencang. Buktinya, lagu ini masuk di album kompilasi Mega Hits yang dikeluarkan EMI Indonesia bareng lagunya Duran Duran "Ordinary World", "Just Another Day" punyanya Jon Scada, sampai lagunya Roxette "Queen of Rain."
Banyak yang protes waktu "Windmill" dirilis pada Desember 1993. Mereka bilang Helloween sudah melenceng dari speedmetal. Menurut Michael Weikath, sang penulis lagu, di era 80-an Helloween memang nggak bawain lagu-lagu balada karena teman-temannya masih ogah nampilin lagu-lagu seperti itu.
Dia menambahkan, sudah biasa kalo ada grup band yang punya satu atau dua lagu balada. Kayaknya Weikath dan penggemar Helloween lupa kalo di album "Keeper of the Seven Keys: Part I" sudah ada lagu balada "A Tale That Wasn't Right" dan nggak ada yang protes, emang sih lagu ini jauh lebih gagah dibanding "Windmill".
Gitaris ini menambahkan, yang namanya fans pasti akan mendukung apapun musik yang dibikin. Dia mengklaim, dapat respon positif dari banyak pendengar. Masih menurut Weikath, sebetulnya dia ingin ada perubahan di setiap albumnya. Cuma waktu itu anggota band belum siap. "Nah sekarang Michael Kiske, sang vokalis, datang bawa ide-ide baru dan kenapa nggak dicoba di album ini," ungkap Weikath. Dukungan juga datang dari gitaris baru Ronald Grapow.
Protes bukan hanya dari fans Helloween, bahkan pemain drum Ingo Schwichtenberg sebel banget sampai mengganti judulnya jadi "Shitmill". Padahal dia ikut rekaman, harusnya protes waktu lagunya dibikin bukan ketika sudah jadi. Ingo dipecat dari Helloween tidak lama setelah "Chameleon" dirilis 31 Mei 1993. Ketergantungan pada narkoba membuat dia harus meninggalkan band yang ikut didirikannya itu. Ingo meninggal pada 1995 pada usia 29 setelah nekad menabrakan diri ke kereta api.
Banyak informasi yang disampaikan Michael Weikath seputar album yang kovernya menampilkan empat warna kuning, merah, biru dan hijau ini. Dia cerita kalo lagu-lagunya sudah dibikin satu atau dua tahun sebelumnya jadi waktu masuk studio tinggal ngerapihin aransemennya. Total album ini digarap tiga setengah bulan. Sambil bercanda Weikath menyebut semua personel kerja 24 jam sehari.
Meski digarap serius, album ini bisa dibilang gagal total. Bahkan di kampungnya sendiri, di Jerman, "Chameleon" hanya ada di peringkat 35. Sementara di Amerika Serikat dan Inggris nggak tercatat di daftar penjualan album terbaik. Ujung-ujungnya, Michael Kiske juga meninggalkan Helloween karena sudah nggak sejalan lagi dengan Weikath.