Mohon tunggu...
rivemi gusyanti
rivemi gusyanti Mohon Tunggu... -

mahasiswi kedokteran gigi yang berusaha terus,dan terus mencari ilmu di dunia pergigian,,agar menjadi manusia yang berguna bagi sekitar..amin.. di dunia maupun di akhirat,,dan berusaha untuk membuat tulisan yang layak dibaca bagi siapapun di pecinta kompasiana..*semoga...

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ketika nafas berbentuk tabung oksigen

10 Desember 2012   14:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:53 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengalaman menemani salah satu teman yang sedang jaga malam di salah satu bangsal membuat ku sungguh sadar dan tertampar bahwa bila kita ingin melihat ibu yang tersiksa melihat anak laki-laki nya yang tak mampu menggerakkan sendi jari tangannya dan merasakan sakit ketika cairan infus sudah habis, atau melihat seorang suami yang tidak tertidur sedikitpun menjaga istrinya yang terkulai lemas, dengan badan kurus, tak mampu berkata karena ronggga mulutnya yang harus diberikan tabung untuk bernafas dapat dengan telaten dan lembut memegang tangan istrinya yang lemah dan memindahkan tangannya berulang kali ketika tangan sang istri menyentuh selang infus. Bahkan bila ingin melihat seorang anak laki-laki yang berbadan tegap dan bermuka sangar sekalipun dapat terduduk penuh harap melihat sosok ibunya yang tua dengan kepala yang habis dioperasi karena tumor otak mampu aku rasakan dan lihat dengan nyata bahwa hidup memang bergantung dengan satu kata "CINTA".. ya, cinta seorang ibu kepada anak nya, cinta seorang suami kepada istrinya, dan cinta anak kepada ibunya.

Ketika nafas berbentuk tabung oksigen, ketika oksigen itu habis maka nafas pun akan terasa habis pula. Melihat seorang laki-laki renta yang beberapa jam di follow up mengalami penurunan, baik tekanan darah, kondisi kesadaran, dan kekuatan tubuh terlihat lemah namun disampin pria renta itu ada sosok wanita yang tak pernah mampu tidur untuk terus memperhatikannya. Ya, cinta membuat orang buta. Buta akan kantuk, buta akan lelah, buta akan menyerah, buta akan putus asa, dan masih akan ada lagi kebutaan dari orang-orang yang memiliki cinta. Namun, ada satu hal yang tak mampu dibutakan, orang yang memiliki cinta tidak akan mampu buta untuk berdiri tegap dan kuat serta tegar ketika melihat orang yang dicintai merintih kesakitan, menahan sakit, dan menjerit ketika ambang sakit tidak kunjung turun.

Bersyukurlah wahai manusia, manusia yang saat ini bernafas tidak berbentung tabung oksigen yang tinggi, tidak harus melalui selang yang dimasukkan kedalam hidung, ataupun mulut, ketika nafas bayar, ketika nafas harus melalui sebuah JAMSOSKES..

Bersyukur karena saya masih bisa menulis hal ini, sehingga menjadi sebuah catatan yang tak akan hilang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun