Kepemimpinan di Indonesia
Di Indonesia, jika kita berbicara mengenai kepemimpinan, maka akan dikaitkan dengan kekuasaan, dan kekuasaan erat kaitannya dengan politik. Hal ini merupakan pola pikir yang sangat sempit ketika kita hanya mengaitkan kepemimpinan dengan politik. Padahal kepemimpinan tak serta merta berbicara tentang politik. John C. Maxwell, mengatakan bahwa Kepemimpinan adalah pengaruh tidak lebih yakni kemampuan memperoleh pengikut dan setiap orang masing-masing dapat mempengaruhi dan dipengaruhi orang lain.
Menurut Maxwell kepemimpinan itu sejatinya berkembang setiap hari. Kemampuan memimpin bukan hanya suatu bakat dari lahir, tetapi itu merupakan kumpulan dari berbagai keterampilan, yang hampir seluruhnya dapat dipelajari serta ditingkatkan. Namun, diperlukan suatu proses yang tidak terjadi hanya dalam sehari semalam, karena aspek kepemimpinan sangat banyak antara lain, kehormatan, pengalaman, kekuatan, emosional, keterampilan membina hubungan dengan sesama, disiplin, visi, dan sebagainya. Maxwell mengatakan bahwa pemimpin yang sukses adalah orang yang belajar, dimana proses belajarnya berkelanjutan, sebagai hasil dari disiplin pribadi dan ketekunan. Jadi kepemimpinan berjalan dari hari ke hari dimana sasaran setiap harinya haruslah menjadi sedikit lebih baik atau membangun di atas kemajuan hari sebelumnya (Maxwell, 2001). Kepemimpinan tidaklah berkembang dalam satu hari melainkan seumur hidup. Jadi, setiap orang yang ingin menjadi pemimpin harus melalui proses karena kepemimpinan tidak dapat terjadi hanya dalam sekejap.
Kesimpulan dari uraian Maxwell menyatakan bahwa kepemimpinan itu perlu untuk mengembangkan orang lain, menjadikan orang lain pemimpin-pemimpin baru yang dapat memimpin orang lain. Ketika seorang pemimpin dapat melahirkan pemimpin yang sama dengannya atau bahkan lebih besar darinya maka dialah pemimpin sejati. Posisi pemimpin sejati tidak dapat tergantikan karena telah menghasilkan pemimpin lainnya. Kunci dalam memberdayakan orang lain adalah keyakinan yang besar terhadap orang lain. "memperbesar orang lain akan memperbesar anda" itulah dampak hukum pemberdayaan (Maxwell, 2001).
Dari penjelasan teori kepemimpinan yang sudah dipaparkan di atas, memang ada anomali yang terjadi di negara ini. Kepemimpinan selalu dikaitkan dengan kepentingan politik untuk mencapai kekuasaan. Tak serta merta semua hal yang berkaitan dengan kepemimpinan berkaitan dengan politik. Dengan keadaan seperti ini, timbullah paradigma bahwa seorang pemimpin itu adalah orang yang berada di ranah politik praktis, yakni partai politik sebagai representasinya. Paradigma seperti inilah yang sesat dan menyesatkan.
Gerakan Sosial
Menurut Lembaga Kajian Demokrasi dan Hak Asasi, Gerakan sosial adalah tindakan bersama yang dilakukan berkesinambungan secara ide, waktu maupun agenda untuk dapat mempertahankan atau merubah suatu keadaan. Gerakan sosial mensyaratkan membangun jaringan baik ditingkat nasional maupun lokal. Cara membangun jaringan adalah dengan menumbuhkan kepercayaan. Pada tingkat lokal harus muncul leader of civil society agar setiap atau seluruh organisasi masyarakat sipil turut memperjuangkan tujuannya dalam menggunakan gerakan sosial.
Gerakan sosial mengalami perkembangan yang sangat pesat di Indonesia. Fenomena ini sebenarnya sudah terjadi pada sejarah bangsa Indonesia. Kita dapat ambil contoh, organisasi Sarekat Islam yang didirikan oleh H. Samanhudi pada awalnya merupakan komunitas siskamling yang bertugas menjaga keamanan para pedagang islam di lingkungan sekitar rumah H. Samanhudi. Atau kita bisa lihat organisasi Muhammadiyah didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan bertujuan sebagai gerakan sosial untuk mengatasi permasalahan sosial di bidang pendidikan.
Pesatnya gerakan-gerakan sosial di Indonesia tak terlepas dari adanya keinginan untuk melakukan suatu perubahan. Gerakan sosial yang massif kini dapat menjadi solusi untuk memberikan perubahan pada bangsa Indonesia. Gerakan sosial ini juga dapat menjadi representasi dari definisi kepemimpinan, karena melalui gerakan sosial ini kita dapat mempengaruhi orang lain dengan kebaikan dan kebaikan tersebut akan menciptakan inspirasi-inspirasi kebaikan lainnya.
Saat ini kita meyakini bahwa gerakan sosial mampu berpengaruh, baik di tingkat lokal maupun tingkat nasional. Dan itulah wujud dari kepemimpinan. Karena kepemimpinan tidak berbicara soal jabatan kekuasaan, akan tetapi kepemimpinan adalah pengaruh, tindakan, dan kontribusi. Gerakan sosial mampu menjawab tantangan itu. Mari ciptakan perubahan dengan gerakan sosial yang senantiasa akan menginspirasi dan bermanfaat untuk orang lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H