Mohon tunggu...
Rivantiana Arizki
Rivantiana Arizki Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

saya menyukai hal yang menantang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Fenomena Citayem Fashion Week Menyebabkan Masalah Sosial

8 Agustus 2022   21:35 Diperbarui: 8 Agustus 2022   21:50 1655
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yogyakarta - Fenomena "Citayem Fashion Week (CFW)" yang terjadi di Sudirman merupakan suatu gejala sosial yang hangat diperbincangkan saat ini mulai dari khalayak umum, generasi muda, bahkan sampai deretan para artis dan pejabat. CFW ini sangatlah seru karena isunya yang sedang happening.

Istilah Citayem Fashion Week ini muncul dari viralnya video tiktok Bonge, Kurma, dan Jeje yang menunjukkan kegiatan wawancara yang mengundang gelak tawa bagi para penonton. Ajang CFW ini sampai disoroti oleh negara lain seperti Jepang. Kawasan ramai saat ini diberi nama SCBD kepanjangan dari Sudirman Citayem Bojongede Depok. 

Kegiatan CFW ini dulu dilakukan pada saat akhir pekan namun, saat ini sudah setiap hari para remaja berkumpul di Sudirman dengan menggunakan fesyen yang sangat yentrik. Bahkan ada beberapa artis yang ikut berlenggak-lenggok di Zebra Cross dengan fesyen yang juga aneh-aneh.

Para remaja dari berbagai wilayah disekitan Jakarta berkumpul di Sudirman dengan menggunakan beragai macam model pakaian yang unik dan menunjukkan gaya bicara yang lucu. Mereka disana melakukan fashion show yang melintasi zebra cross yang ada di tengah jalan.

Beberapa orang menganggap kegiatan ini positif, karena menonjolkan kreativitas memadu-padankan pakaian. Namun, ada yang menganggap hal ini negatif karena menganggu pengguna jalan yang lain dan menambah tindakan kriminal.

Ada yang menjadi perhatian khusus dan menarik perhatian banyak orang karena sejumlah pria menggunakan pakaian seperti wanita, menggunakan high heels, bermakeup dan turut berlenggak-lenggok di Zebra Cross CFW. Hal ini menjadi perhatian Dinas Sosial setempat karena mengarah pada LGBT.

Fenomena CFW ini dapat dikatakan sebagai gejala sosial karena adanya problem kebudayaan. Kondisi ini tidak diinginkan oleh sebagian masyarakat karena budaya masyarakat Indonesia sesuai dengan budaya ketimuran, menganut nilai yang sakral dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.

Oleh karena itu, sebagai masalah sosial, CFW harus segera dikendalikan sesuai dengan aturan dan norma yang ada dilingkungan masyarakat sehingga tidak akan bertambah buruk pada kehidupan masyarakat selanjutnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun