Mohon tunggu...
rivandiyusuf
rivandiyusuf Mohon Tunggu... Konsultan - -

Menulis dapat menghilangkan rasa penat dari rutinitas perkantoran, perkuliahan, dan pelarian.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Merantau Karna S.K.

22 April 2019   09:01 Diperbarui: 23 April 2019   01:51 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

  • Saat yang aku nanti-nanti akhirnya tiba. SK ku sudah keluar, dan diriku harus siap menghadapi kehidupan baru yang lebih menantang, karena tanggungjawab pekerjaan yang semakin besar. SK keluar juga sangat mendadak, H-3 SK itu keluar sebelum harus melaporkan diri ke kantor baruku. Pada saat SK itu keluarpun aku masih sibuk mengerjakan proyek TA. 2019 yang baru 1 bulan aku kerjakan, yah seperti halnya kita lagi semangat-semangatnya mengerjakan sesuatu tiba-tiba disuru berhenti. 

  • Hmm rasa sedih sudah pasti aku rasakan. Tetapi bagaimanapun juga, aku harus keluar dari zona nyaman untuk hidup yang lebih baik lagi. Karena biasanya kesuksesan selanjutnya itu akan lebih dari kesuksesan sebelumnya itu yang aku percaya. Tiga hari yang tersisa ini aku buat semaksimal mungkin untuk mengisi kegiatan-kegiatan tersebut, aku menulisnya didalam memo hp. 

  • Selain harus mempersiapkan kebutuhan-kebutuhan pokok yang harus dibawa seperti, membuat buku tabungan BRI, memperpanjang SIM STNK dan menyelesaikan tunggakan pekerjaan yang sudah aku mulai serta tak lupa aku harus berpamitan kepada teman-teman kuliah, teman main, teman kantor, teman rumah dll.

  • Dari semua kegiatan di atas, yang paling menyakitkan adalah aku harus berpamitan meninggalkan rumah yang sudah susah payah aku bangun. Yah kalau diingat-ingat betapa beratnya perjuangan yang aku lalui untuk menyicil bangunan-bangunan ini. Saat itulah aku merasa bahwa ternyata ini yang namanya perjuangan, ketika kita memulai sesuatu dari nol itu ternyata kita sangat tahu bahwa perkembangan sekecil apapun yang sudah kita bangun bahagianya luar biasa. 

  • Saat pamitan aku menyempatkan untuk memfoto-foto setiap sudut ruangan yah sugestinya biar kita tetap merasa dekat gitu. Setelah semua memo aku jalankan sampailah pada akhirnya aku harus berpamitan dengan keluargaku. Berat sih meninggalkan keluarga, yah semua orang juga taulah rasanya meninggalkan keluarga karena harus merantau kuliah atau bekerja. 

  •  Semua kesedihan dan keberatan karena harus meninggalkan zona nyaman ini, harus aku lakukan demi kehidupan nyata untuk hidup mandiri. benar-benar mandiri. saatnya tiba aku harus meninggalkan tanah kelahiranku. Berangkat menuju kota kupang dengan penuh harapan dan penuh semangat.  

  • Pertamakali menginjakan kaki dikota kupang aku gelisah karena tidak kenal siapapun dan tidak pernah menginjakan kaki disini. Inilah yang namanya petualangan begitu fikirku. Setelah sampai dibandara EL-Tari aku langsung menghubungi temanku dulu sewaktu pendidikan di Sekolah Pertanahan dulu. Karena sebelumnya aku sudah memesan kamar kos ditempatnya. Setelah sampai di kos-kosan yang aku rasakan pertamakali adalah suhu yang panas. Suhu dikota ini bisa mencapai 36 derajat diwaktu musim kemarau.

  •  Saat ini sih temanku bilangnya masih sejuk, huhuhu apalagi saat kemarau tiba. Bagaimanapun juga, ini adalah pilihan yang sudah aku pilih, tidak ada jalan untuk putar kembali dan harus tetap dijalani. Adaptasi aku lakukan hari demi hari sehingga perlahan terbentuklah rutinitas yang nyaman menurutku. Minggu-minggu awal aku lalui dengan sangat berat sekali, karena begitu banyak pengeluaran pada saat awal ini dan aku masih belum bisa move on dari zona nyamanku di Lombok kemarin.

  •  Dimana rutinitas dilombok sudah sangat nyaman bagiku, karena aku dapat bekerja sambil kuliah dan dekat dengan orang tua juga. Selain itu aku juga berfikir bahwa, jika sudah nyaman dengan rutinitas yang kemarin, kenapa aku tinggalkan. Pikiran itu terus menerus berputar-putar dalam kepalaku. 

  • Hingga aku mengharuskan untuk meminta pendapat dari teman-temanku, karena aku takut berfikir negative dan melakukan tindakan-tindakan konyol nantinya. Setelah menghubungi beberapa teman, aku menyimpulkan bahwa, masih banyak orang-orang yang tak seberuntung diriku dan bagaimanapun juga hidup harus tetap berjalan. Perlahan-lahan aku mulai membentuk pikiranku untuk dapat meninggalkan zona nyaman itu, yah walaupun banyak pengorbanan yang aku berikan untuk merantau ini. 

  • Aku berfikir kalau rantauanku ini harus memiliki hasil dan mendapatkan segudang pengalaman yang akan aku ceritakan suatu saat nanti kepada anak cucuku. Target-target rantauankupun langsung aku catat untuk menjadi penyemangatku. Tidak banyak yang aku targetkan tetapi pasti kudapatkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun