Mohon tunggu...
Rivandi yudhachusdiantoro
Rivandi yudhachusdiantoro Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa STIAMAK Barunawati

Saya adalah manusia yang kreatif, inovatif, slektif dan aktif

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Roda Ekonomi Pemandian Alam Umbulan dalam Putaran Negatif Pasca Covid-19

24 Oktober 2020   17:23 Diperbarui: 24 Oktober 2020   17:41 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

       Mata air umbulan  bukanlah hal asing bagi warga pasuruan khususnya daerah kabupaten. Karena Tempatnya yang agak jauh dari perkotaan membuat wisatawan luwar daerah tidak banyak yang tau. Sebenarnya Umbulan memiliki potensi yang sangat bagus, dimana air disana tak pernah surut dan terjamin kebersihanya. Namun kurangnya perhatian dari pemerintah setempat membuat pemandian alam mata air umbulan ini tidak lebih dari tempat pemandian warga sekitar.
Pengunjung  biasanya di dominasi daerah pasuruan dan sekitarnya. Pendapatan warga disana didapat dari buka warung dan penjualan mereka akan meningkat Ketika hari libur saja, pada hari-hari masuk kerja mereka terkadang hanya bisa melayani 1-2 orang saja perhari bahkan sampai tidak laku sama sekali. Miris mendengarnya, mereka bekerja dari pagi sekitar jam 7 sampai jam 5 sore dan Pendapatan mereka perhari sekitar 100 rb sampai 200 ribu perharinya jika warung mereka sedang sepi pendapatan mereka 20 rb perhari bahkan tidak dapat uang sama sekali.

      Paska covid kemarin selama 3 bulan mereka mengaku pendapatan mereka semakin menurun derastis dari yang hanya bisa beli beras sampai tidak pegang uang sama sekali. Sehingga tak banyak dari mereka beralih jadi buruh tani untuk menyambung hidup.

      Makanan disana tergolong murah, dan tenang disini tidak ditarik tiket masuk, dan anda hanya perlu membayar uang parkir 3000 rupiah. Dan disana anda tidak di suguhkan dengan air yang jernih saja, anda bisa memancing, berenang sama ikan, atau hanya menikmati pemandangan bawah airnnya yang indah. Ikan-ikan disana boleh dipancing dan dibawa pulang, maka dari itu umbulan bisa di jadikan sarana bermain dan interaksi anak dengan alam. Dan demi menjaga kelangsungan umbulan mari kita buang sampah pada tempatnya. 

     Sampai saat ini umbulan masih dalam putaran negatif dimana roda ekonomi tak selalu mulus seperti yang di harapkan warga sekitar. Jalan-jalan disana semakin tidak karuan di karenakan adanya truk-truk bermuatan batu-batu besar yang lewat di sana. Banyak jalan berlubang dan ukuranya tidak wajar. Yang benar saja ukuran diameter lubang itu kurang lebih 1 meter dan kedalaman bisa sampai 15 cm, ditambah lagi dengan polusi debu dan suara dari truk yang lewat menambah derita masyarakat yang ada di sana. Alih-alih memprotes, mereka hanya bisa mengelus dada sambil menunggu bantuan dari pemerintah.

      Saya sudah membuktikan sendiri dengan melakukan analisa kebeberapa orang alasan mereka enggan pergi ke pemandian alam umbulan adalah karena kodisi jalan yang rusak dan berdebu jalanan disana diperburuk jika waktu musim hujan seperti sekarang jalanan menjadi becek dan berlumpur. dan Harapan saya kedepanya agar perintah memperhatikan dan mengelola pemandian alam umbulan supaya menjadi sumber pendapatan daerah sehingga mampu menyejahterakan rakyat yang ada di sana. Hanya itu dari saya, jika ada salah kata mohon di maafkan sekian. Wasalamualaikum wr.wb. 

Rivandi yudha chusdiantoro. Mahasiswa stiamak barunawati surabaya

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun