Banyuwangi merupakan salah satu kabupaten yang terletak di sebelah timur pulau Jawa dengan luas wilayah 5,782.50 km. Menurut data Pemerintah kabupaten Banyuwangi pada tahun 2020, terdapat 25 kecamatan yang terdiri atas 28 kelurahan dan 189 desa. Total masyarakat kabupaten Banyuwangi saat ini tercatat sebanyak 1.754.719 jiwa yang tersebar di seluruh kecamatan di Banyuwangi. Desa Kebondalem sendiri termasuk dalam desa yang masuk kedalam wilayah kecamatan Bangorejo. Potensi yang ada di desa Kebondalem sendiri di antaranya seperti melimpahnya komoditas buah jeruk dan buah naga. Selain itu desa Kebondalem yang terletak di pusat wilayah kecamatan Bangorejo membuat desa ini berkembang pesat, sehingga meningkatkan berbagai jenis UMKM masyarakat desa. Namun potensi tersebut masih belum terangkat dengan sempurna karena masih minimnya pengetahuan masyarakat desa Kebondalem terhadap berbagai peluang bisnis yang ada saat ini.
Virus Corona merupakan virus yang saat ini sedang hangat diperbincangkan karena telah menjadi pandemic di dunia dengan total kasus positif dunia per tahun 2020 sebanyak 80 juta jiwa. Virus yang pertama kali ditemukan di Cina ini, telah menjadi virus yang mampu menyabar dengan cepat melalui media udara dan benda yang berkontak dengan virus ini. Hingga saat ini hampir seluruh Negara besar di dunia telah melakukan berbagai upaya untuk meminimalisir dampak yang ditimbulkan oleh virus ini seperti memperketat fasilitas kesehatan, penyediaan vaksin hingga pembatasan mobilitas dan kegiatan masyarakat. Pembatasan yang dilakukan diseluruh wilayah di Indonesia ini menyebabkan banyak masalah diantaranya menurunnya pendapatan dari seluruh UMKM di Indonesia, tidak terkecuali di desa Kebondalem. Hal ini dapat terjadi karena banyak masyarakat yang tidak dapat menyelenggarakan berbagai kegiatan masyarakat di desa, sehingga berdampak langsung ke produksi UMKM yang terus menurun. Mitra KKN yang merupakan seorang ibu rumah tangga dengan usaha mikro berupa jajanan pasar yang biasanya di pesan untuk acara hajatan, kematian, dan rapat pertemuan di beberapa instansi juga turut terkena dampak. Oleh karena itu perlu dilakukan pendampingan guna mendorong usaha milik mitra untuk terus bertahan di kondisi saat ini.
Dengan adanya kondisi tersebut, penulis sebagai mahasiswa KKN Back To Village 3 Universitas Jember berkesempatan membantu pemilik UMKM agar bisa berfikir kreatif untuk mencari solusi atas menurunnya daya beli konsumen yang sedang terjadi. Salah satunya adalah dengan meningkatkan upaya pemasaran di berbagai platform media social yang dapat digunakan, diantaranya seperti Facebook dan Instagram. Dengan peningkatan pemasaran produk yang lebih modern melalui media social yang saat ini paling banyak digunakan oleh kalangan tua hingga muda, dapat meningkatkan peluang konsumen baru yang lebih luar. Karena ketika UMKM di desa hanya mengandalkan pemasaran secara langsung yaitu melalui komunikasi verbal, akan sulit menjangkau konsumen yang lebih luas sehingga perlu adanya media social khusus yang digunakan untuk memasarkan produk. Selain pemasaran yang dilakukan secara konsisten, perlu adanya pengetahuan terkait manajemen keuangan baik secara pembukuan manual ataupun secara digital melalui aplikasi. Dengan adanya sistem pembukuan keuangan yang baik juga akan meningkatkan efisiensi aliran keuangan modal usaha yang terus digunakan agar tidak terdelusi oleh kebutuhan rumah tangga secara tidak langsung. Hasil yang diharapkan nantinya selain hanya berdampak pada peningkatan pendapatan dari pemilik usaha UMKM tersebut, juga pemilik usaha nantinya dapat mempekerjakan masyarakat sekitar yang tidak bekerja untuk lebih produktif dalam kehidupan sehari-hari. (Rivan Andika Zunaidi Setiawan/Desa Kebondalem/L. Dyah Purwita WSWW)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H