Peran Kyai dalam Memengaruhi Umat Menuju Moderasi Beragama
Dalam wacana keagamaan, moderasi beragama menjadi salah satu aspek penting demi terwujudnya kehidupan beragama yang rukun, harmoni, dan saling menghormati, sehingga dapat menghindari konflik yang timbul dari perilaku beragama yang menyimpang. Dalam konteks ini, sosok Kyai sebagai figur pemimpin agama memiliki peran penting dalam memengaruhi umat agar mencapai moderasi beragama. Salah satu contoh tokoh kyai yang memiliki sikap moderat adalah Kh Muhammad Muhajirin.
Kh Muhammad Muhajirin adalah seorang ulama yang lahir di Jatinegara. Dalam menjalani kehidupannya, beliau banyak mengimplementasikan nilai-nilai moderat, yang terlihat dari berbagai sisi kehidupannya. Sebagai contoh, pada suatu momen, Kh Muhammad Muhajirin ditanya oleh seorang muridnya tentang keislamannya. Alih-alih memperkuat sektarianisme antar aliran keagamaan, Kh Muhammad Muhajirin justru menampilkan sikap moderat dengan menjawab, "Islam saya adalah Islam La Ilaha Illa Allah Wa Muhammad Rasulullah"
Pendekatan Pendidikan yang Moderat dan Toleran
Dalam tradisi kyai, banyak di antara mereka yang mewariskan keilmuan agama pada keturunannya dan memaksakan anak-anaknya untuk mengikuti jalan yang sama dengan ayahnya. Namun, Kh Muhammad Muhajirin menganut sikap toleran dan menghargai keputusan anak-anaknya untuk melanjutkan kehidupan sesuai minat masing-masing. Beliau mendidik anak-anaknya dengan sikap demokratis, terutama bagi anak laki-lakinya. Sebagai contohnya, tidak ada satu pun dari anak-anak laki-laki beliau yang melanjutkan pendidikan tinggi di kampus-kampus Islam. Mereka memilih program pendidikan umum seperti sastra Inggris, ilmu sosial politik, dan ilmu hukum. Meskipun memberikan kebebasan kepada anak-anaknya, Kh Muhammad Muhajirin tetap menegaskan nilai-nilai Islami yang harus diikuti oleh keturunannya. Beliau mewajibkan anak-anaknya untuk mengikuti pengajian yang beliau ampu setelah sholat maghrib dan sholat subuh.
Sikap moderat Kh Muhammad Muhajirin juga tercermin dalam perannya sebagai seorang pengajar. Dalam proses mengajar Kh Muhammad Muhajirin tidak pernah menanamkan model doktrin kepada murid-muridnya. Beliau lebih mengedepankan aspek wawasan dan pemahaman terhadap esensi suatu permasalahan. Tujuannya adalah agar para murid mampu mengembangkan kemampuan mereka dalam memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi.
Kh Muhammad Muhajirin yang memiliki banyak karya tulis, salah satu diantaranya sebuah kitab masterpiecenya yang berjudul Misbah al-Zolam, dalam kitab tersebut nalar moderat Kh Muhammad Muhajirin begitu jelas terlihat. Kitab yang merupakan syarah dari Bulugh al-Maram tersebut menyajikan uraian dari perbedaan - perbedaan madzhab fikih yang ada terutama madzhab fikih yang populer, disamping itu terkadang beliau juga mengemukakan pendapatnya sendiri dan ada pula dari uraian perbedaan - perbedaan tersebut beliau tidak menentukan salah satu pendapat sebagai pilihannya.
Pemikiran Moderat Kh Muhammad Muhajirin dalam Karya-karyanya
Kemudian sikap moderat Kh Muhammad Muhajirin dari nalar moderatnya terlihat dalam suatu kesempatan ketika Kh Muhammad Muhajirin melaunching kitab Misbah al-Zolam, dimomen tersebut satu maqolah arab mengawali perkataan Kh Muhammad Muhajirin:
: " " : " " "
Artinya : Barang siapapun yang menulis kitab, maka bersiaplah disanggah, jika tulisannya bagus maka akan mendapat pujian, namun jika tulisannya buruk maka harus siap menerima kritikan hingga ejekan.
Perkataan tersebut seolah menandakan Kh Muhammad Muhajirin sebagai seseorang yang memiliki pikiran terbuka yang menjadi salah satu sifat nalar moderat. Pikiran terbuka merupakan salah satu ciri kematangan berfikir yang telah dicapai oleh Kh Muhammad Muhajirin. Sikap moderatnya membuktikan bahwa beliau tidak hanya mengedepankan doktrin dan dogma, tetapi juga memperhatikan aspek-aspek lain seperti toleransi, kebebasan berpikir, dan kehormatan terhadap perbedaan pendapat.
Sikap moderat Kh Muhammad Muhajirin memberikan teladan yang kuat dalam menciptakan kehidupan beragama yang rukun, harmonis, dan menghindari konflik yang timbul dari perilaku beragama yang menyimpang.