Menjauh dari riuhnya kota dan teriknya Yogyakarta di siang hari, saya memilih menikmati segelas mocktail di Fill In Blue. Cafe yang berbeda dari yang lain-yang memanjakan pengunjung dengan fasilitas yang lengkap, hanya menerima pembayaran tunai dan tidak menyediakan WIFI, Namun, itulah daya tariknya. Para pengunjung lebih aktif bercengkrama, barista dan staf dengan hangat menyambut tamu.
Terletak di Jl. Brigjen Katamso, Prawirodirjan, Kec. Gondomanan sebuah daerah yang sibuk dan ramai, suasana di Cafe Fill In Blue kontras dengan lingkungan sekitarnya. Area yang luas, teduh oleh pepohonan rindang, memberikan ketenangan. Alunan musik band internasional yang terputar di Gramofon menambah syahdu suasana, ditambah aroma dupa yang terbakar, membuat saya enggan beranjak. Ini bukan kunjungan pertama saya ke Fill In Blue. Seperti biasa, cafe ini dipenuhi anak muda berusia sekitar 20-an. Pengunjung dengan tatto kecil-kecil dan gaya busana street fashion hilir mudik, menambah warna pada tempat ini
Perhatian saya teralihkan ketika melihat pemilik cafe dengan ramah bercengkrama dengan para pengunjung. Obrolan yang menggunakan campuran bahasa Jawa dan Indonesia ini dimulai dengan diskusi  tentang band-band lokal Yogyakarta, konser musik, hingga desain kaos bergaya street fashion. Percakapan mereka yang saya simpulkan membahas skena musik, desain, dan fashion semakin hidup dengan kepulan asap rokok dan canda tawa. Terkadang, obrolan terhenti saat pengunjung baru datang dan sang pemilik harus melayani mereka. Ia dengan sabar menjelaskan bahan-bahan minuman dan tak lupa merekomendasikan menu best seller. Keakraban inilah yang mebuat Fill In Blue begitu istimewa dibandingkan cafe lainnya. Ambience yang nyaman dan interaksi yang hangat menambah daya tarik tersendiri.
Percakapan antara pemilik cafe dan pengunjung yang hangat ini menunjukkan bentuk komunikasi yang inklusif dan ramah. Mereka berinteraksi dengan bebas, tanpa merasa terintimidasi oleh formalitas atau jarak sosial. Pembahasan mereka yang mulai dari musik lokal hingga desain kaos street fashion menunjukkan bahwa interaksi di tempat ini didasarkan pada minat dan kesamaan pandangan. Kehadiran elemen seperti musik, kopi, dan suasana santai memperkuat ikatan sosial di antara mereka, memungkinkan percakapan yang lebih mendalam dan personal.Â
Interaksi mereka mencerminkan identitas Fill In Blue sebagai tempat yang mempromosikan keakraban dan kehangatan. Ketika pemilik cafe bercengkrama dan melayani dengan ramah, mereka memperkuat makna tempat ini sebagai ruang di mana batas antara pemilik dan pelanggan menghilang. Penggunaan aroma dupa, musik dari gramofon, dan kebijakan tanpa WIFI menegaskan komitmen mereka terhadap pengalaman yang autentik dan berfokus pada manusia. Dengan demikian, tindakan kedua orang ini sesuai dengan simbol dan identitas Fill In Blue sebagai oase ketenangan di tengah kesibukan kota.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H