Setiap negara pada seluruh belahan dunia mempunyai sebuah ''Capitol'' atau yang disebut dengan istana negara . Di dalam istana itu terdapat singgasana-singgasana besar utuk para pemimpin negara .Mereka yang telah menduduki singgasana-singgasana  tersebut telah dilantik serta disumpah untuk melakukan kewajiban-kewajibannya untuk mengurus masalah-masalah negara . Dan yang menjadi pemimpin mereka adalah seorang pemimpin besar , yaitu seorang presiden . Dimana beliaulah yang bertugas mengamati , mengawasi , dan mengarahkan para penduduk singgasana tersebut untuk menjalankan tugasnya masing-masing . Pada setiap negara , kita melihat pada tiap istana itu terdapat beberapa pasukan  yang selalu siap dan siaga menjaga keamanan istana dan para penduduknyatersebut . Tapi yang menjadi pertanyaan besar untuk negara kita , kenapa selalu banyak pasukan-pasukan tempur di depan istana yang berteriak , melempari , dan mencaci-maki menunjuk ke arah istana negara Indonesia ? Jawabannya mungkin telah diketahui oleh banyak masyarakat Indonesia maupun para penduduk singgasana istana tersebut , yaitu '' masyarakat yang tidak puas bahkan terlalu kurang puas dengan kinerja para  pemimpin tersebut '' . Dimulai dari segi politik yang menekan mereka , lalu segi hukum yang tidak seimbang , segi ekonomi yang terlalu menjatuhkan yang dibawah dan menaikkan yang di atas , sampai ketidak selarasannya kelayakan hidup pada masyarakat Indonesia , dan banyak hal lain yang menjadi pemicu pemberontakannya para pasukan Indonesia . Bisa kita lihat kejadian-kejadian rutin yang ada di depan istana negara , gabungan barisan besar berbagai organ-organ masyarakat yang selalu berusaha menerobos tembok bersenjata ( aparat dan pasukan keamanan negara ) . Bukan sebuah istana negara yang kita lihat , tapi seperti sebuah lapangan perang antara kubu masyarakat melawan kubu pemerintahan . Sebuah fenomena tragis yang menjadi sejarah berjalan di negara tercinta ini . Para wakil rakyat yang kerjanya hanya duduk dalam sidang yang hanya memikirkan gaji buta yang akan didapatinya tanpa benar-benar menjadi jembatan yang mengaspirasikan suara rakyat . Dan para majelis permusyawaratan rakyat yang sempat-sempatnya tertidur nyenyak dalam sidang soal rakyat dan sempat-sempatnya menonton film porno pada sidang tersebut . Sang presiden yang hanya bisa mengutarakan kekecewaan dan tidak berusaha untuk lebih tegas terhadap para bawahannya  . Apakah hal ini diakibatkan dengan system perekonomian di Indonesia yang bersifat ''Liberal'' ? Dimana seorang pemimpin yang telah terpilih takut salah bertindak sesuai dengan konsekuensi yang telah disepakati pada orang yang mem-''back up''-nya untuk berhasil terpilih sebagai seorang pemimpin ? Memang tak bisa dipungkiri , system perekonomian di Indonesia pada saat ini begitu kejam . Dengan bahasa kasarnya , Indonesia kembali dijajah ( perekonomiannya ) oleh para Investor ! ! ! !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H