Mohon tunggu...
Rivaldo Julian
Rivaldo Julian Mohon Tunggu... -

@rivaldojulian

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hadirnya Romansa

24 November 2014   03:15 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:02 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pagi hari sekali aku terbangun dari tidur dan mencuci muka untuk bersiap melakukan jogging. Sesungguhnya aku adalah orang yang sangat malas untuk melakukan hal tersebut, akan tetapi pagi ini merupakan awal dari liburan yang sudah aku nantikan setelah melewati masa-masa pembelajaran di SMA di tahun pertama. Aku bersekolah di sekolah berasrama yang terletak di luar dari kota tempat tinggalku. Liburan merupakan hal yang sangat dinantikan oleh murid-murid sekolahku karena mereka akan pulang ke rumah asalnya masing-masing dan terbebas dari jeratan pelajaran. Aku mengitari daerah di sekitarku sambil bernostalgia. Tiba-tiba dari belakang tidak jauh aku mendengar seseorang memanggil namaku. Awalnya aku terkejut karena yang memanggil ialah teman perempuanku yang sangat akrab denganku sejak aku duduk di bangku SMP tahun pertama. Sebut saja namanya Manda.

Manda memiliki perawakan cantik, tinggi tetapi tidak lebih tinggi dariku, putih, dan badan yang proposional. Kami sudah berteman dekat selama tiga tahun sampai akhirnya harus terpisah ketika masuk jenjang pendidikan SMA dimana aku harus pindah ke luar kota. Aku sungguh tidak menyangka akan bertemu dengannya di sebuah taman dekat rumah ketika ia juga melakukan aktivitas yang sama. Wajahnya masih seperti dulu, cantik dan manis. Kami mengobrol sembari duduk di bangku taman, berbagi pengalaman dan flashback akan masa-masa SMP kami. Setelah hampir dua jam kami berbincang-bincang, aku pun berencana pulang untuk mandi. Manda pun demikian, akan tetapi dia ingin bertemu denganku pada siang harinya dan mengajak aku berjalan-jalan ke sebuah mall yang dulu sering kami kunjungi. Kami pun sepakat dan berjanji untuk saling bertemu di rumah Manda.

Setelah tepat pukul 12.00 siang, Aku bersiap-siap untuk berangkat menuju ke rumah Manda dengan mengendarai mobil pribadi milik ayahku. Aku memakai pakaian casual dengan baju lacoste biru, mengenakan celana chino dan sepatu sneakers. Sesampainya di rumah Manda, aku menghubungi dia bahwa aku sudah berada di depan rumahnya. Sesaat dari dalam mobil aku melihat Manda melalui kaca mobil, dia mengenakan baju kaos berwarna merah muda, jeans pendek, sepatu converse merah dan membawa sebuah tas kulit. Sesampainya ia di mobil, aku mencium wangi parfumnya yang khas dan menarik. Lalu kami pun berangkat ke mall yang dulu sering kami kunjungi. Sesampainya di sana, aku teringat akan masa SMP ketika aku pergi ke tempat tersebut berdua dengan Manda, bermain bersama di tempat hiburan, nongkrong di kafe, menonton di bioskop dan berfoto-foto.

Hal yang dulu kami lakukan pun terulang kembali. Dengan membawa sifat kekanak-kanakan, Manda mengajak dan mengandeng tanganku ke tempat hiburan. Kami menghabiskan waktu bersenang-senang dengan bermain bersama di tempat itu. Setelah bermain, kami sepakat untuk makan siang atas permintaanku. Kami makan di sebuah restoran steak yang baru kami temukan dan belum pernah kami jumpai sebelumnya. Steak di restoran tersebut tidak kalah enaknya dengan restoran steak lainnya. Seperti biasanya, Aku juga menghabiskan makanan Manda karena ia selalu menjaga badannya agar tetap ideal dan proposional karena kelak ia ingin menjadi seorang model.

Sesudah kami makan dan menunggu beberapa menit setelahnya, kami berencana untuk menonton bioskop bersama. Sayangnya, tiket yang berdekatan dengan jadwal penayangan pada saat itu telah habis, jadi kami harus membeli jadwal tayang pada pukul 07.15 malam. Untuk mengisi waktu yang ada, kami pergi ke arena ice-skating. Pada awalnya Manda menolak karena ia tidak bisa, akan tetapi aku terus memaksanya sampai akhirnya ia menerima dengan berat hati. Setelah masuk ke arena permainan tersebut, aku langsung mengitari arena dengan bahagia. Dari jauh aku melihatnya memojok sambil berpegangan kepada tiang pegangan dengan memasang raut muka yang sebal. Melihat begitu, aku lalu menghampirinya dan mencoba mengajarinya cara bermain. Aku sempat mengikuti kursus ice-skating selama sebulan saat berumur tiga belas tahun dan materi yang dipelajari pun masih terekam jelas dalam otakku.

Satu jam telah berlalu, Manda pun perlahan sudah mulai bisa meluncur menggunakan sepatu ice-skate yang ia gunakan. Setelahnya kami berdua meluncur bersama-sama dan Manda pun merasa bahagia. Sesekali Manda jatuh terpeleset lalu menangis sedangkan aku tertawa melihat aksinya yang lucu begitu dia jatuh. Hal tersebut membuat ia kesal dan semakin menangis, akan tetapi aku mencoba menghiburnya dan mengangkatnya untuk berdiri kembali dan menggandeng tangannya sambil berjalan bersama-sama. Dari kejadian tersebut aku bisa melihat wajah Manda yang berhenti menangis dan menatap mataku sambil tersenyum kembali. Setelah itu kami melanjutkan meluncur kembali sambil bergandengan tangan. Pada saat itu aku merasakan sesuatu yang aneh terjadi dengan perasaan dan pikiranku. Senyum Manda serasa menghantui pikiranku dan seketika hatiku pun berdetak begitu kencang.

Setelah bermain, kami pun pergi ke restoran untuk makan malam atas permintaanku lagi. Kami menyelesaikan makan malam kami dengan cepat karena ingin bergegas untuk menonton bioskop sesuai jadwal yang sudah tersedia. Beruntungnya kami sampai tepat waktu dan masuk keruangan bioskop setelah memberikan tiket kepada pengawas studio yang sedang berjaga. Film yang kami tonton ber-genre action, supranatural, comedy dan romance. Kami menonton film tersebut sampai selesai dan bercerita tentang film yang sudah kami tonton setelah keluarnya.

Tak terasa ternyata sudah pukul 21.25 malam dan kami berencana untuk pulang ke rumah masing-masing. Kami menuju ke tempat parkir dan mencari mobil yang aku bawa pada saat pergi. Sesampainya di mobil kami pun bergegas untuk pulang. Di dalam mobil kami bercerita tentang hal-hal yang sudah kami lakukan, dari tempat hiburan, bermain di arena ice-skating dan menonton di bioskop. Aku bisa melihat betapa senangnya Manda dari ekspresinya yang ceria dan tidak menunjukkan muka lelah sama sekali. Aku juga senang atas liburan yang kami lakukan bersama hari ini dan mengajak Manda pergi lagi keesokan harinya. Manda pun menerima ajakan tersebut dan membuat rencana untuk perjalanan besok.

Sesampainya kami di depan gerbang rumah Manda, kami berpamitan satu sama lain di dalam mobil sambil Manda melepas sabuk pengaman mobil. Tiba-tiba aku dikejutkan oleh dia yang mendekatkan mukanya kepada mukaku. Aku memejamkan mata secara spontan dan merasakan sebuah kecupan dari bibirnya yang manis di pipi kiriku. Manda pun memandang tersenyum dengan senyumnya yang amat manis lalu keluar dari mobil. Ketika itu aku terdiam sejenak lalu melanjutkan perjalanan pulang ke rumah. Di dalam perjalan, aku tidak dapat berhenti tersenyum seperti orang gila. Perasaan yang bahagia dengan hati yang berdegup kencang ketika mengingat kecupan manis Manda ke pipiku ini dapat dirasakan ke seluruh tubuh sampai-sampai bulu kudukku merinding tak karuan. Apakah aku baru saja jatuh cinta dengannya?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun