Mohon tunggu...
Rivaldo Hambali
Rivaldo Hambali Mohon Tunggu... Mahasiswa - Politeknik Negeri Jakarta

Mahasiswa Penerbitan Jurnalistik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pentingnya Pendidikan Empati bagi Remaja

2 Juli 2024   21:04 Diperbarui: 2 Juli 2024   21:32 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Ilustrasi Penghinaan atau bullying pada media sosial. Foto: Depositphotos)

Baru-baru ini, pada media sosial dikejutkan oleh sebuah video lima siswi di Jakarta yang membuat candaan tidak pantas tentang Palestina. Dalam video tersebut, mereka memegang tulang ayam goreng dan mengaitkannya dengan situasi tragis yang dialami oleh anak-anak di Palestina. Tindakan ini menuai kecaman keras dari berbagai pihak. Apa yang sebenarnya terjadi dengan generasi kita? Mengapa empati dan sensitivitas seolah-olah menghilang?

            Kejadian ini adalah gambaran jelas dari kurangnya pemahaman dan penghargaan terhadap penderitaan orang lain. Di era digital, dimana informasi dapat tersebar luas dalam hitungan detik, tindakan yang tidak bertanggung jawab ini berdampak jauh lebih besar. Perbuatan para siswi tersebut tidak hanya mencerminkan ketidakpedulian tetapi juga menunjukkan betapa pentingnya pendidikan karakter dan empati.           

            Alasannya, mungkin kurangnya perhatian atau kasih sayang dari orang tua dapat membuat anak mencari perhatian dengan cara negatif seperti bullying. Keinginan untuk diterima atau diakui dalam kelompok teman sebaya dapat mendorong seseorang untuk melakukan bullying. Budaya atau lingkungan yang menganggap bullying sebagai hal yang biasa atau diterima dapat memicu perilaku ini. Pelaku bullying sering kali kurang mampu merasakan atau memahami perasaan orang lain, sehingga mereka kurang peduli terhadap dampak negatif dari tindakan mereka.

            Kelima siswi tersebut langsung mendapat kecaman dari masyarakat luas. Media sosial penuh dengan komentar kritis yang mengecam tindakan mereka, menuntut permintaan maaf, dan menyerukan pendidikan lebih lanjut tentang isu-isu global dan empati. Respons keras ini menunjukkan bahwa masyarakat tidak lagi mentolerir tindakan tidak sensitif yang meremehkan penderitaan orang lain.

            Tindakan bullying dan penghinaan, seperti yang terjadi dalam video tersebut, memiliki akar yang lebih dalam. Hal ini bisa berasal dari kurangnya pendidikan moral dan etika di rumah dan sekolah.

            Dr. Michael Thompson, seorang psikolog anak dan penulis buku Raising Cain: Protecting the Emotional Life of Boys, menyatakan bahwa "bullying adalah refleksi dari ketidakmampuan anak untuk merasakan empati dan memahami dampak dari tindakan mereka terhadap orang lain." Para pendidik perlu menyadari bahwa pelajaran tentang empati dan penghormatan tidak bisa hanya disampaikan dalam bentuk teori. Harus ada pendekatan praktis yang mengajak siswa untuk merasakan dan memahami penderitaan orang lain.

            Tidak bisa dipungkiri, dunia digital memang menawarkan banyak kemudahan, tetapi juga membawa tantangan tersendiri. Banyak anak muda yang lebih sibuk dengan media sosial dan permainan daring, mengabaikan nilai-nilai penting yang seharusnya mereka pelajari. Oleh karena itu, integrasi nilai-nilai kemanusiaan dalam kurikulum pendidikan sangatlah krusial.

            Pendidikan yang baik tidak hanya mengajarkan pengetahuan akademis tetapi juga membentuk karakter yang beradab dan berempati. Penting bagi para pendidik untuk menciptakan lingkungan belajar yang tidak hanya fokus pada nilai-nilai akademis, tetapi juga pada pengembangan moral dan sosial siswa. Diskusi tentang isu-isu global, kegiatan sosial, dan pengenalan terhadap budaya lain bisa menjadi metode efektif untuk menanamkan nilai-nilai tersebut.

            Kasus video lima siswi ini harus menjadi refleksi bagi kita semua. Perlu ada tindakan nyata untuk mengatasi masalah ini, mulai dari keluarga hingga lingkungan sekolah. Memberikan contoh yang baik, menciptakan diskusi yang mendalam tentang isu-isu kemanusiaan, dan mengajarkan pentingnya empati sejak dini bisa menjadi langkah awal yang baik.

            Marilah kita bersama-sama menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan karakter positif para remaja. Empati, penghargaan terhadap orang lain, dan pemahaman budaya global adalah kunci untuk membentuk generasi yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga beradab dan berempati.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun