Mengenal Si Ular Besi Penghubung Bandung Raya
KAI Commuter Line Bandung Raya merupakan salah satu moda transportasi umum yang sudah tidak asing bagi masyarakat Bandung Raya dan sekitarnya. Banyak orang menyebut rangkaian kereta ini sebagai KRD (kereta rel diesel) Bandung Raya, dikarenakan rutenya yang membentang dari ujung timur Bandung yaitu Stasiun Cicalengka sampai dengan ujung barat Bandung yaitu Stasiun Padalarang. Pengguna dari moda transportasi umum ini sangat beragam, dari mulai muda-mudi sampai dengan para lansia yang memilih KAI Commuter Line Bandung Raya untuk membawa mereka menuju tempat tujuannya masing-masing atau bahkan hanya untuk sekadar menikmati perjalanan dengan menggunakan kereta api dari Stasiun Cicalengka sampai ke Stasiun Padalarang maupun sebaliknya.
Pengalamanku Berkereta di Perlintasan Bandung Raya Bersama KAI Commuter
Sebenarnya saya sudah tidak asing dengan KAI Commuter Line Bandung Raya, karena dari kecil saya sudah sering diajak oleh keluarga untuk naik kereta, baik itu untuk main ke Kota Bandung maupun hanya sekadar menikmati perjalanan kereta itu sendiri. Ditambah lagi, kakek saya merupakan pensiunan pegawai KAI, sehingga saya banyak dikenalkan mengenai perkembangan perkeretaapian di perlintasan Bandung Raya. Pengalaman ini memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang sejarah dan perkembangan sistem kereta api di daerah Bandung Raya. Semua pengalaman ini memberikan kenangan yang berharga dan pengetahuan yang berarti bagi saya dan keluarga.
Memasuki dunia perkuliahan, saya memilih KAI Commuter Line Bandung Raya untuk membawa saya menuju tempat saya menimba ilmu di kota. Banyak sekali cerita terukir saat menggunakan kereta ini selama masa kuliah. Berangkat selepas salat subuh untuk mengejar kelas pagi, menunggu kereta datang, sampai terkantuk-kantuk di atas rangkaian kereta saya lewati setiap harinya. Selain itu, saya juga sering berinteraksi dengan penumpang lainnya yang merupakan sesama penglaju. Banyak diantara mereka merupakan pekerja, pedagang, anak sekolah, maupun sesama mahasiswa yang memilih KAI Commuter Line menuju tempat tujuannya masing-masing. Bahkan tidak jarang kami juga menaiki kereta yang sama pada saat pulang. Adakalanya kami mengobrol satu sama lain mengenai hari-hari yang telah dilewati, baik itu para pekerja yang membicarakan kerjaannya, para pedagang yang membicarakan penjualannya dan riuhnya pasar, maupun pelajar dan mahasiswa yang tak jarang menjadikan KAI Commuter Line Bandung Raya sebagai tempat untuk bertukar pikiran atau hanya sekadar bercerita mengenai aktivitas di sekolah maupun kampus. Sehingga tidak sedikit dari kami sudah saling mengenal satu sama lain karena sering berinteraksi setiap harinya di atas rangkaian KAI Commuter Line Bandung Raya. Tak jarang juga saya berbicara dengan para lansia yang menceritakan pengalaman mereka selama menggunakan KAI Commuter Line Bandung Raya dari dulu sampai sekarang dan saya bisa mendapatkan berbagai pemahaman dan juga masukan dari mereka. Terlebih lagi, saya sebagai seorang mahasiswa yang tentunya suatu saat harus bisa menyelesaikan berbagai permasalahan yang ada di masyarakat. Sehingga saya sangat merasa beruntung karena kereta api tidak hanya sekadar transportasi yang mengantarkan saya ke kampus, tetapi juga menjadi salah satu tempat yang memberikan ilmu langsung dari masyarakat.
Saat Pandemi COVID-19 Menyerang
Memasuki musim pandemi COVID-19, intensitas pengguna KAI Commuter Line Bandung Raya mulai menurun, banyak para pekerja yang mulai bekerja dari rumah atau bahkan dirumahkan, pedagang yang tidak bisa berangkat karena pembeli berkurang secara drastis, serta pelajar dan mahasiswa yang mulai belajar secara daring. Cukup sedih saat saya melihat moda transportasi ini ikut lesu terkena dampak dari pandemi COVID-19. Riuhnya stasiun dan kereta pada pagi dan sore hari digantikan oleh kesunyian, ditambah lagi dengan adanya aturan pembatasan dalam berbicara menghadirkan nuansa yang berbeda. Akhirnya saya juga ikut menepi dalam menggunakan moda transportasi ini, karena pembelajaran juga sudah dilakukan secara daring. Hanya sesekali saja saya menggunakan KAI Commuter Line Bandung Raya, itupun jika benar-benar mengharuskan saya pergi ke Kota Bandung.
Setelah status pandemi dialihkan menuju masa transisi dan beberapa aturan telah dilonggarkan, akhirnya KAI Commuter Bandung Raya kembali riuh kembali dengan para penglaju yang beraktivitas di Kota Bandung. Ada hal menarik juga pada saat saya menggunakan kembali moda transportasi ini menuju kampus, ternyata selama pengurangan aktivitas, KAI banyak membangun dan memperbaiki stasiun-stasiun yang ada di perlintasan Bandung Raya, beberapa stasiun masih dalam pengerjaan, sehingga saya merasa beruntung dapat melhat transformasi-transformasi stasiun yang ada di Bandung Raya. Selain itu, karena perlintasan KAI Commuter Line juga bersebelahan dengan perlintasan KCIC (Kereta Cepat Indonesia-China), saya juga dapat melihat perkembangan pembangunan KCIC dan dapat melihat beberapa rangkaian KCIC yang sudah tiba di Bandung.
Masa transisi sudah beralih menuju masa endemi, para penumpang sudah tidak diwajibkan menggunakan masker, beberapa aturan pembatasan sudah ditiadakan, KAI Commuter Bandung Raya sudah beroperasi secara normal kembali dengan segala riuh dan kehangatan para penumpang di dalamnya.
KAI Commuter Line Lokal Bandung Raya, Dulu, Kini, dan Kedepannya
Bagi saya, KAI Commuter Line Bandung Raya bukan hanya sekadar kereta yang membawa saya menuju kampus tempat menimba ilmu, secara tidak langsung saya belajar untuk memanajemen waktu saya sendiri, karena meskipun kereta ini ada setiap jamnya, namun tentu saya harus memastikan bahwa saya tidak kesiangan untuk mengikuti perkuliahan maupun tidak terlalu larut untuk pulang. Di dalam moda transportasi ini juga saya dapat melihat dan mengenal berbagai macam orang dan memahami setiap perspektif orang, banyak ilmu yang saya dapatkan selama jadi pengguna moda transportasi ini. Bagi orang-orang yang ada di pinggiran Kota Bandung, KAI Commuter Line Bandung Raya merupakan berkah tersendiri yang dapat mengantarkan mereka menuju tempat berkeja maupun tempat belajar yang berada di pusat kota tanpa harus merasa kelelahan dan tanpa merasakan macetnya Kota Bandung di pagi hari maupun sore hari.