Mohon tunggu...
Riung Laut
Riung Laut Mohon Tunggu... Wiraswasta - CV Riung Laut

Penyuka kopi, syair & senyummu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perayaan Kecil

7 Maret 2016   22:09 Diperbarui: 8 Maret 2016   21:18 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="purwokertokita.com"][/caption]

Sore ini aku melihat ibu menyuguhkan secangkir kopi kepada bapakku. Ya, hal yang wajar, hampir setiap hari, mungkin saja. Aku sudah terlalu lama tak melihatnya. Tidak ada ekspresi apapun yang kulihat dari wajah bapakku, biasa saja. Tidak ada sesungging senyum yang bapak tunjukan saat ibu menyuguhkannya. Demikian juga ibuku, tidak menunjukan gestur yang ingin mendengar ucapan terima kasih dari suaminya. Tersenyum aku memperhatikannya.

Lalu ada sepiring pisang goreng tepung, memaksaku mendekat, kuambil sepotong, segera kusumpalkan kemulutku agar aku sibuk dan tak sempat berucap meledek “idiih hambar banget suami istri ini, ga ada romantis-romantisnya” Ibuku ikut duduk, tentu saja dengan secangkir kopi hitam ditangannya. “kamu mau kopi juga?” tanyanya padaku. Mendadak aku jadi anak yang kurangajar “hehe iya bu, mau”. Sebentar kemudian tangan cekatan itu menyajikan secangkir kopi didepanku, “ah makasih bu” aku tersenyum

Semerbak segarnya kopi menusuk hidungku. Reflek, tanganku segera menyambarnya, kuhirup harumnya, menyeruputnya. Ah hampir saja aku berucap “wah enak banget, kopi apa ini bu?” tersadar hanya ada kopi hitam siap saji merk perahu geni di dapur. Hehe ternyata cuma kopi yang biasa, dan sangat sering kuminum.

Sudah sewindu lamanya aku tidak merasakan kopi senikmat ini. Entah kenapa rasanya menjadi berlipat seperti ini? Ah akan kuhapus ingatan tentang Ulee Kareng, Mandailing, Lampung, Toraja, Flores, bahkan akan ku kubur luak dalam-dalam. Ini secangkir kopi hitam terbaik yang pernah kuminum. Aku nyalakan sebatang sigaret, wooow ini juga, sigaret terbaik yang pernah kuhisap. Terdiam beberapa saat, menikmati.

Kulirik bapakku, sedang sibuk menggosok batu akik dengan sobekan jins bekas, supaya mengkilap mungkin. Itu oleh-oleh dariku, dari tanah rantau, Sumatera. Aku juga melirik ibuku, sedang asik menikmati kopi, melahap “Air Mata Kopi” Gol A Gong, hadiah dariku, tentu juga sigaret. Ya, kami bertiga perokok aktif. Ini masalah buat adik lanangku, dia pasif, memaksanya mengunci diri di kamar, terlelap bersama gitarnya. Bernyanyi.

Beberapa menit sudah berlalu. Belum ada yang memulai obrolan. Masih tenggelam dengan dunianya masing-masing. Begitu juga denganku. Bukannya aku tidak bisa memulainya, hanya saja aku tak ingin mengganggu kebiasaan beliau berdua. Biarkan saja mereka melewati waktu dengan diam, menikmati hangatnya kopi, pisang goreng tepung, dan asap tembakau di senja ini. Aku juga diam, membiarkan berbagai opini menggerayangi otakku dan merabanya dengan berbagai pertanyaan yang akan kucari jawabnya nanti, sebelum tidur.

Oh iya, sudah berapa lamakah waktu yang mereka berdua lewati seperti ini? Dengan diam? Apakah ada hal romantis yang pernah bapak lakukan selama ini? Mungkin saja dulu pernah, waktu pacaran barangkali, sekedar memberikan bunga, mengucap kata sayang, atau sebait puisi? Ah paling tidak mengajak ibu menonton layar tancap, membelikannya kacang rebus dan bir pletok? Duh aku rasa tidak, mereka dijodohkan, tanpa sempat pacaran. Aku juga ingat kata ibuku ketika ku tanya “Apa bapak pernah melakukan hal yang romantis bu?” jawaban ibuku “tidak pernah, bapakmu itu lelaki yang bertanggung jawab” itu saja.

Pasti mereka juga lupa, hari ini tepat 35 tahun mereka berumah tangga, kapan ibu berulang tahunpun bapakku tak ingat, ibuku juga sama, apalagi usia pernikahan mereka; yah tidak ada tradisi perayaan untuk hal seperti itu di keluarga ini, hal yang sepele katanya. Aku berbisik ke ibuku “Bu, malam ini jangan masak, kita ke Maxi Café, sudah kusiapkan tempat, yah sekedar santap malam, menghisap sisa, minum kopi atau sedikit bir. Jangan menolak, ada hidup yang harus kita rayakan”

Dan aku sudah punya rencana, akan kupaksa mereka kepanggung, ada lagu kemesraan ini yang wajib mereka nyanyikan. Sudah, Cuma ini saja yang bisa aku berikan. Happy 35th Anniversary.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun