Mohon tunggu...
RiuhRendahCeritaPersahabatan
RiuhRendahCeritaPersahabatan Mohon Tunggu... Freelancer - A Story-Telling

Tidak ada cerita seriuh cerita persahabatan (dan percintaan)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Saat Berjumpa Diri yang Tak Dikenal

5 Agustus 2023   19:25 Diperbarui: 6 Agustus 2023   08:26 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Na," sergahku. "Sesederhana itu?"

"Nggak sederhana sebetulnya. Kami berteman sudah 6 tahun. Dan kami tahu kok kalau kami saling menyukai. Tapi pada masa itu ada keharusan, para cowoklah yang harus menyatakan cinta. Bukan sebaliknya."

"Ya, aku ingat itu. Zaman kegelapan hahaha. Zaman yang membuat orang-orang seperti kalian banyak yang jomblo."

"Begitulah nasib kami ini, hehe."

Tapi sejurus kemudian Kirana menjelaskan bahwa kalau dia tidak berjodoh dengan Adam, bukan karena ia tidak bertemu dengan lelaki itu di waktu yang ia tentukan. Melainkan karena sesungguhnya ia sama sekali tidak mengenal Adam. Barangkali Adam pun demikian. Pada masa itu, modal rasa tertarik dan kecocokan fisik sudah cukup untuk membawa dua orang menjalin hubungan cinta.

Setelah sekian masa terlalui, barulah Kirana mengetahui, baik ia maupun Adam tidak dekat dengan ibu mereka masing-masing. Kita menarik apa yang sama dengan kita, kata Kirana selalu. Jadi, dulu ia tertarik kepada Adam karena ada kesamaan di antara mereka. Tapi keduanya belum tahu kalau salah satu yang sama itu adalah buruknya hubungan mereka dengan ibu masing-masing.

Kirana kemudian bercerita bahwa ibunya Adam sedikit mirip dengan ibunya. Sama-sama keras kepala, dominan, tidak mau mengalah, dan tidak pernah mau meminta maaf ketika bersalah. Adam, gambaran seorang perfeksionis tulen itu, pernah mendendam sejadi-jadinya pada sang mama karena beliau menganggap enteng perlakuannya pada Adam.

Kirana punya kisah serupa. Ibunya, juga pelit meminta maaf. Dan pada saat yang sama, apabila ia dan adik-adiknya meminta maaf karena suatu kesalahan, tidak dihargai sama sekali. Kalau salah ya salah.  

Seperti dijadwalkan, Adam dan Kirana teratur menceritakan perlakuan ibu mereka masing-masing. Penuh emosi, lalu kemudian lega. Apakah karena itu, makanya Kirana tertarik pada Adam lalu (hendak) mengiriminya surat? Tapi apa daya, Nana, begitu aku memanggilnya, terlebih dahulu membuat perjanjian dengan Tuhan. "Tuhan, aku mencintai Adam. Tapi aku tidak yakin apakah dia memiliki perasaan yang sama denganku. Itu sebabnya aku hanya sanggup mengungkapkan perasaanku lewat surat. Aku meminta tanda dari-Mu, kalau ia datang ke kantor sebelum bulan ini berakhir dan sebelum jam kerja usai, ia jodohku," doa Kirana.

Sumpah, ketika Kirana menceritakan peristiwa itu, aku tak bisa menahan tawa. Betapa naifnya Nanaku. Ia mengambil jalan pintas. Meminta tanda dari Tuhan, walaupun ia bisa memakai cara lain. Tapi Tuhan amat baik padanya. Ia tidak mengabulkan doa Nana, dan membiarkan sahabatku berproses dalam pendewasaannya.

Tidak lama, Adam menikah. Dan kami mendengar desas-desus bahwa pernikahan Adam gonjang-ganjing. Bukan, bukan bercerai atau ada perselingkuhan. Tetapi penuh pertengkaran dengan Hanna, istrinya. Untunglah hanya 3 tahun, memasuki tahun keempat, kami dengar Adam dan Hanna sudah harmonis. Yang mengejutkan, Adam mengakui bahwa sumber konflik dalam pernikahannya adalah dirinya, bukan istrinya. Ya, tentu saja Hanna punya kekurangan, tetapi menurut lelaki itu, yang parah adalah ketidakmatangan emosinya. Nana kerap bilang, Adam itu immature. Sering terpicu oleh hal-hal sepele, lalu punya standar yang amat tinggi terhadap orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun