Mohon tunggu...
RiuhRendahCeritaPersahabatan
RiuhRendahCeritaPersahabatan Mohon Tunggu... Freelancer - A Story-Telling

Tidak ada cerita seriuh cerita persahabatan (dan percintaan)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Warung Bakso Nyonya Lilit

20 November 2021   16:02 Diperbarui: 20 November 2021   16:16 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lilit meletakkan tubuhnya di sandaran kursi paling sudut. Ini warung bakso favoritnya. Terletak tidak sampai satu kilometer dari rumah yang ditinggalinya bersama Ganda Aruan. Suaminya.

Warung bakso itu dulu miliknya. Tetapi karena berada di pinggir gang besar menuju rumahnya, Ganda melarangnya berjualan di sana. Lebih tepatnya jangan bekerja sebagai penjual bakso. Aku akan menyediakan pekerjaan untukmu, kata Ganda. Yang lebih berkelas.

Lilit hanya sebulan saja menikmati jadi bos kecil di kios yang sebetulnya bisa memberikan rasa aman pada dirinya. Delapan jam sehari, ia bertemu orang berganti-ganti. Bukan hanya itu, ia merasa menjadi dirinya sendiri dengan menjadi pedagang bakso. Setelah di rumahlah ia harus memerankan orang lain, di depan suaminya.

Ganda punya alasan melarangnya berjualan. "Bos dan teman-teman kantorku sering lewat sini," Ganda menunjuk gang besar dimana warungnya berdiri. Aku tidak mau mereka melihat istriku berjualan seperti ini. Mukaku mau ditaruh di mana kalau mereka bertanya kenapa orang sepenting aku istrinya berjualan di warung.

Lilit tak bisa protes. Ketika akan menikah, Ganda membolehkan, lebih tepatnya ia dan Ganda sepakat bahwa masing-masing tetap bekerja. Di luar rumah tentunya. Ganda tahu, ia bukan orang rumahan. Tapi ketika ia memberitahu bahwa mulai awal tahun ia akan membuka usaha makanan, Ganda tidak setuju.

Tapi Lilit bergeming. Ia mempersiapkan segala sesuatunya, termasuk pembayaran sewa kios untuk 6 bulan. Dan jadilah ia pemilik warung bakso yang melayani pembeli pk. 09.00 sampai pk. 17.00. Untuk urusan memasak ia menyewa jasa Mang Urdan.

Ganda tahu ia keluar rumah setiap hari. Tapi sebelum lelaki itu pulang, Lilit sudah duduk manis di meja makan. Ganda bukan tak tahu ia berjualan. Tapi juga tak pernah bertanya atau sekedar membincangkan berapa keuntungan didapat sehari.

Tepat sebulan setelah warungnya buka dan mulai ramai, Ganda mendatangi tempatnya. Ia berbisik, " Lit, nanti malam kita bicara ya?"

Lilit tahu Ganda hendak membahas apa. Tapi ia tak mengerti mengapa ucapan itu harus disampaikan di tempatnya bekerja. Tidak bisakah menunggunya pulang?

Ganda berhasil membuat suasana hatinya kacau sepanjang hari itu. Lilit meminta Rini menjaga warung di sisa hari itu. Jam 3 sore ia pulang dan menyerahkan sejumlah uang kembalian kepada Rini.

Tak sulit bagi Lilit itu menemukan orang-orang yang akan bekerjasama dengannya. Asalkan instruksi jelas, kesepakatan jelas, lalu aksi dimulai. Alangkah nikmatnya hidup ini kalau kita melakukan apa yang kita mau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun