Mohon tunggu...
Septheani ritonga
Septheani ritonga Mohon Tunggu... wiraswasta -

reading and learning

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Revolusi mental itu dimulai dari desa

30 November 2014   19:25 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:26 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judul buku : Revolusi Dari Desa

Penulis: Dr. Yansen TP., Msi

Penerbit: PT Elex Media Komputindo

Terbit: 2014

Tebal: xix + 180 hal

ISISN: 978-602-02-5099-1

Revolusi Mental itu dimulai dari desa

Media tanah air beberapa hari ini merilis berita yang sungguh membuat kita miris, Kementerian Dalam Negeri tengah mengusut dugaan penduduk di sepuluh desa diKalimantan Timur yang berencana pindah kewarganegaraan ke Malaysia. Semua desa tersebut berada di kecamatan long apari yang berbatasan dengan Malaysia. Menurut Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, Marwan Djafar sebanyak73 ribu desa sekitar 41 persen ada di daerah tertinggal. Alasan yang dikemukan tentu sudah bisa kita tebak, yaitu kemiskinan. Kemiskinan di Negara kita ini sudah seperti penyakit kronis yang terus menggerogoti dan tak kunjung sembuh. Kemiskinan pula yang menjadi pendorong utama terjadinya urbanisasi dan tingginya minat penduduk desa untuk menjadi TKI di luar negeri. Fakta ini membuktikan desa nyaris terlupakan oleh pemerintah dan sering dianggap sebagai “anak tiri” dalam pembangunan, bahkan untuk urusan “perut” masyarakat desa terpaksa menggadaikan jiwa nasionalisme mereka untuk pindah kewarganegaraan dengan iming-iming kehidupan yang lebih baik. Sungguh ironis di balik gedung-gedung pencakar langit di ibukota terselip gubuk-gubuk berpelepah daun yang siap diterbangkan angin kapan saja.

Kita tentu tidak boleh melupakan begitu saja ide dan gagasan para pendiri bangsa seperti mohammad Yamin dan Soepomo dalam sidang BPUPKI sebelum proklamasi kemerdekaan yang menyebutkan desa sebagai kaki Negara, di mana jika kaki lumpuh maka tubuh dan kepala tidak akan bisa maksimal karena tidak ditopang kaki yang kuat, bahwa Indonesia harus dibangun dalam tingkatan, pertama pemerintah desa, kedua pemerintah daerah, dan ketiga pemerintah pusat. Sungguh pemikiran yang sangat luhur dan cerdas.

Buku yang ditulis oleh Dr.Yansen ini diilhami pengalaman dan perenungan beliau dalam pengabdian pada masyarakat sejak menjadi Camat Mentarang hingga menjadi Bupati Malinau saat ini. Penulis mengkritisi bahwa pembangunan yangberlangsung sekarang menggunakan konsep yang kurang tepat karena menempatkan masyarakat di pihak yang lemah dan tidak menyentuh aspek dasar. Pengalaman inilah yang menjadi latar belakang Penulis memiliki gagasan untuk mengubah konsep pembangunan yang revolusioner yaitu, gagasan baru, berani dan implementatif. Penulis berkeyakinanperlunya melibatkan masyarakat dalam pembangunan dengan memberikan kepercayaan penuh untuk berpartisipasi aktif dalam pembangunan. Peran pemerintah hanya membimbing, mengarahkan dan memberikan dukungan dana melalui potensi sumber daya yang dimiliki (hlm 12). Paradigma baru dalam pembangunan ini disebut GERDEMA (Gerakan Desa Membangun).

Buku ini mengingatkan kita sudah waktunya masyarakat desa tidak lagi hanya menjadi objek pembangunan tetapi juga subjek pembangunan, sesuai dengan amanat undang-undang otonomi daerah. Pemerintah harus melakukan gerakan pembangunan di tingkat desa bukan hanya membangun program di tingkat kabupaten dan kota saja. GERDEMA sesuai dengan tujuan nasional kita seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 dan merupakan implementasi dari penerapan Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang desa.

Pembaca akan menemukan konsep, implementasi dan capaian GERDEMA secara rinci dan jelas dalam buku ini mulai halaman 136. GERDEMA memiliki nilai capaian yang menggambarkan profil ideal desa yang mandiri dalam kapasitas mental, moral, birokrasi dan pembangunan desa. Penulis mampu membuktikan kepada pembaca bahwa GERDEMA adalah sebuah kebijakan publik yang terukur dan aplikatif.

Kesimpulan dari esensi konsep GERDEMA adalah gerakan itu berasal dari rakyat, gerakan itu dilakukan untuk rakyat, gerakan itu menghasilkan manfaat untuk masyarakat desa (54-55). Strategi yang digunakan untuk keberhasilan GERDEMA adalah percaya sepenuhnya pada rakyat, pelimpahan urusan kepada pemerintah desa, membina dan melatih aparatur Negara, pendampingan pemerintah dan masyarakat desa (hlm 78).

Kita ketahui sebaik apapun sebuah ide, gagasan ataupun konsep pembangunan tanpa kehadiran pemimpin yang tepat tidak ada artinya. Negara ini membutuhkan figur pemimpin visioner yang tulus dan ikhlas melayani masyarakat, berani mengambil inisiatif demi kepentingan masyarakat yang dipimpinnya. Jika kita meminjam slogan yang dicetuskan oleh Presiden Jokowi, yaitu revolusi mental, maka sudah sehararusnya revolusi itu dilakukan mulai dari tingkatan yang paling kecil ataupun level pemerintahan terendah dalam sistem pemerintahan. Penulis banyak mengingatkan dalam lembar buku ini bahwa peran pemimpin sebagai eksekutor pengambil keputusan sangat penting, bahwa nilai-nilai utama yang menciptakan dan memperkuat kepemimpinan GERDEMA adalah nilai spiritual, emosional, intelektual, kecerdasan ekonomi, dan kecerdasan nasionalis kebangsaan (hlm 90-93).

Buku ini menarik dan layak dibaca karena diperoleh dari pengalaman pribadi dan telah diimplementasikan dan menunjukkan perubahan positif pada Desa Malinau sebagai perintis program GERDEMA. Buku ini sejalan dengan semangat visi dan misi pemerintah saat ini sesuai nawa cita agenda prioritas presiden yang salah satunya “membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka Negara kesatuan”.

Buku ini dapat menjadi “role model” bagi para pemimpin dan pemangku kepentingan sebagai guidance untuk membuat kebijakan publik dalam rangka mengelola daerah yang dipimpinnya. Jika program GERDEMA ini sukses dijalankan dan membawa kemakmuran dan kesejahteraan bagi masyarakat desa, bukan tidak mungkin berbagai permasalahan sosial masyarakat dapat segera diatasi. Inspiratif dan bernas.

Selamat membaca !!

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun