Dalam rapat kerja perdana antar Komisi I DPR RI dengan Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto di Gedung DPR Senayan (senin 11 November 2019), Jazuli Juwaini, anggota DPR fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) meminta kepada Menhan agar lebih memperhatikan keberadaan Misionaris ( yang berasal dari luar negeri) yang menjadi pemuka Agama( Kristen) di Papua.
Seperti dilansir dari Katoliknews.com, Jazuli mengaku khawatir lagi cemas para pemuka agama atau misionaris dari luar negeri ini nantinya melakukan misi selain menyebarkan agama. Dia juga menyarankan agar Prabowo agar menambahkan pasukan diwilayah papua, demi kekondusifitas disana, katanya.
Hemat saya, tuduhan dan kecurigaan berlebihan dari Jazuli seperti inilah yang membuat situasi diPapua  tidak kondusif. Apa pula urgensinya menambah jumlah pasukan ke Papua, adakah runcingnya persoalan di Papua selama ini disebabkan oleh kehadiran para misionaris disana? Sungguh tuduhan yang meledek kewarasan!
Jangan berpikir pincanglah, pak. Jika tidak mengerti konteks dan kultus kekristenan yang dibawa oleh para misionaris di Papua, tidak perlu sok tau dan keberadaanya tidak perlu dipolitisasi. Alangkah baiknya anda dan partai anda mungkin, perlu mendukung dengan menebarkan pesan perdamaian dan optimisme di tanah Papua, tanpa mengumbar pesimisme dan ketakutan.
Jika menilik sejarah kedatangan para misionaris dianah Papua, murni mewartakan firman Tuhan dan menanamkan ajaran kekristenan yang syarat akan cinta dan kasih. Mereka datang dengan memberikan nafas harapan bagi masyarakat Papua, tanpa menenteng senjata ditangannya. Jadi niatnya memang sudah tulus tanpa embel-embel mencaplok wilayah/ tanah adat alayat, mengintai apalagi menjajah.
Menilik Sepak Terjang Karya Misi Misionaris di Tanah Papua
Masuknya Kristen di tanah Papua, tak terlepas dari pengaruh Misionaris Barat. Dan kekristenan di tanah Papua tidak lahir kemarin, melainkan sudah berates-ratus tahun yang lalu. Dengan kata lain, nilai kekristenan  dan keberadaan Misionaris disana bukan hal baru lagi dan sudah melekat dan dekat dengan masyarakat Papua kebanyakan.
Misionaris datang ke Papua pertamakali tahun 1855, lewat ekspedisinya Misionaris Barat asal Jerman Carl Wilhelm Ottouw dan Johann Gottlob Geissler menginjakan kaki di Pulau Mansinam. Sebelum sampai di Papua, kedua misionaris ini melewati Batavia, Makasar serta Ternate.
Peninggalan bersejarah terkait keberadaan Ottouw dan Johann Gottlob Geissler yang dapat ditemui di Pulau Mansiman adalah sebuah Salib tugu peringatan masuknya Injil di tanah Papua.
Daya Tarik lainnya ialah Patung Yesus Kristus setinggi 30 meter, yang pembangunannya digagas pemerintah Indonesia sebagai bentuk penghargaan terhadap sejarah peradapan Papuan di minsinam.
Biasanya Pulau Mansinam dipadati pengunjun dari seluruh wilayah dan diluar Papua untuk memperingati perkabaran injil tanggal 5 Februari setiap tahunnya.