Puasa dalam masa pandemic korona kali ini memang satu masa yang sulit yang harus dilampaui oleh banyak orang -- bahkan oleh semua orang di dunia. Banyak orang terpuruk pada masa seperti ini karena banyak sendi kehidupan dan mata pencaharian yang terhenti.
Banyak orang yang tak bisa menjalankan kewajibannya dan menerima haknya pada masa ini. Namun dia harus selalu memperhatikan keadaan dirinya agar selalu sehat jasmani. Begitu juga sisi rohani, seseorang harus memperhatikan sisi rohaninya untuk selalu beriman kepada Allah, dan selalu percaya bahwa hal ini hanya bersifat sementara saja.
Sisi rohani ini memang sebagian dibantu oleh para tokoh agama lokal atau nasional, baik itu ustaz atau pendeta atau pandita yang menjadi panutan banyak orang sesuai dengan agamanya itu. Tokoh agama inilah yang sangat berperan untuk membantu para umat untuk memelihara semangat dan harapan dalam menghadapi masa-masa sulit seperti ini.Â
Mereka umumnya mendorong umat untuk senantiasa menerima keadaan masa sulit ini dengan patuh pada imbauan pemerintah untuk melakukan pembatasan sosial, atau beribadah di rumah saja selama pandemic ini berlangsung karena ibadah di rumah tidak menguarangi arti percaya dan takwa kita kepada Allah.
Semua imbauan pemerintah dan beberapa fatwa MUI pada hakekatnya untuk memulyakan kehidupan yang diberi oleh Allah SWT kepada umatnya.
Sayangnya, masih ada beberapa tokoh agama yang punya pandangan berbeda dengan membenturkan korona dengan percaya pada Allah itu sendiri. Ini terbukti beberapa ustaz yang seakan mendorong umatnya untuk tetap beribadah di masjid dan mushala dalam berbakti kepada Allah dan menafikan imbauan pemerintah bahkan tidak menggubris fatwa MUI untuk beribadah di rumah.
Hal ini mendorong salah satu cendikiawan Indonesia, yaitu Prof. Azyumardi Azra bersuara soal ini dan mendorong agar para tokoh agama untuk memiliki visi sama karena apa yang diimbau oleh pemerintah ini pada prinsipnya untuk kepentingan dan kesehatan umat. Sehingga apa yang diimbau oleh para ustaz ini juga penting agar umat bisa paham dan mematuhi bersama. Sayangnya memang ada beberapa pemimpin agama yang berbeda pendapat dengan pemerintah.
Ada baiknya saran dari prof Azyumardi ini bisa kita cermati dan ikuti dengan baik. Banyak sekali provokasi-provokasi yang bertentangan dengan imbauan pemerintah soal Covid-19, yang datangnya justru dari para tokoh masyarakat. Sebagian dari mereka juga punya orientasi politik yang berbeda dengan pemimpin negara yang sekarang menjadi presiden RI.
Semua perbedaan ini seharusnya dibuang demi musuh bersama yang saat ini melanda dunia yaitu Coid-19. Pandemi korona tidak mengenal SARA, juga tidak mengenal orientasi politik. Ia juga tidak mengenal asal negara dan  warna kulit.
Dia menyerang siapa saja dengan agresif dan ganas. Karena itu sudah selayaknya kita bersatu padu dan meninggalkan latar belakang dan masa lalu demi melawan Covid-19.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H