Mohon tunggu...
Rita Zahara
Rita Zahara Mohon Tunggu... Mahasiswi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 2021 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mahasiswi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 2021 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sastra Indonesia Era Pasca Kemerdekaan pada Angkatan 50

16 April 2022   12:00 Diperbarui: 16 April 2022   12:06 1102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Menurut Sapardi Djoko Damono (1979), sastra merupakan lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai medium penyampaiannya. Sastra juga menampilkan gambaran kehidupan manusia dan kehidupan tersebut adalah suatu kenyataan sosial. Pengertian sastra disamakan dengan kesusastraan, yaitu karya kesenian yang diwujudkan dengan bahasa (tulisan-tulisan prosa dan puisi yang indah).

Sastra Indonesia secara umum diuraikan melalui periodisasi dengan kategori periode lisan dan tulisan. Berdasarkan urutan waktu, sastra Indonesia dibagi ke dalam beberapa angkatan, yaitu: Angkatan Pujangga Lama, Angkatan Sastra Melayu Lama, Angkatan Balai Pustaka (1920-1932), Angkatan Pujangga Baru (1933-1942), Angkatan 1945, Angkatan 1950-1960 -an, Angkatan 1966-1970 -an, Angkatan 1980-1990 -an, Angkatan Reformasi, dan Angkatan 2000-an.

Pada kesempatan kali ini saya ingin membahas mengenai Sastra Indonesia Era Pasca Kemerdekaan Pada Angkatan 50. Saya tertarik untuk membahas materi ini karena saya ingin mengetahui mengenai sastra Indonesia angkatan 50. Tujuannya untuk mempelajari sastra Indonesia berdasarkan urutan waktu terutama mengenai sastra Indonesia angkatan 50. Dan manfaat yang dapat kita ambil adalah kita akan mengetahui mengenai apa saja yang terjadi pada masa itu, dan beberapa karya yang ada pada masa itu.

Sastra pada dasarnya adalah ciptaan sebuah kreasi, bukan semata-mata sebuah imitasi (Luxemburg, 1989:5). Sastra didefinisikan sebagai karya lisan atau tertulis yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorsinilan, keartisikan, keindahan dalam isi, dan ungkapannya (Sudjiman, ed., 1986:68). Kesusastraan diartikan sebagai kumpulan atau hal-hal yang berkaitan dengan sastra. Karya sastra sebagai bentuk dan hasil dari sebuah pekerjaan kreatif pada hakikatnya adalah suatu media yang mengefisienkan bahasa untuk mengungkapkan tentang kehidupan manusia. Oleh karena itu, sebuah karya sastra pada umumnya berisi tentang permasalahan yang mencakup kehidupan manusia.

Keadaan Indonesia pada saat pasca kemerdekaan angkatan 50 mengalami perubahan yang cukup drastis, yakni dari transisi berdarah-darah menuju ke kemerdekaan cemerlang. Pada masa tersebut, membuat para sastrawan mulai memahami mengenai ciri khas sastra pada angkatan 50-an dan masalah kebudayaan yang sedang dialami oleh Indonesia untuk membedakannya dari angkatan sebelumnya. Para sastrawan mulai mencari beberapa referensi pada kebudayaan Indonesia yang murni dan pengaruhnya dari pengaruh budaya asing.

Partai memiliki efek tersendiri pada angkatan 50. Pada waktu itu Indonesia menganut sistem politik parlementer, yaitu sistem pemerintah yang berperan sebagai eksekutif yang harus bertanggung jawab untuk parlemen. Sistem pemerintahan parlementer ini memiliki kekuasaan dan kewenangan yang begitu besar. Alhasil dari sistem tersebut, politik partai-partai mulai bermunculan lagi dan dapat bergerak bebas pasca kemerdekaan.

Pada masa itu masing-masing partai memiliki lembaga kebudayaan sendiri, salah satu di antaranya adalah PKI yang berkonsep sastra realisme-sosialis. Dari sini muncul polemik yang berkepanjangan di antara kalangan sastrawan di Indonesia pada awal tahun 1960 yang mengakibatkan berhentinya perkembangan sastra karena masuk ke dalam politik praktis dan berakhir pada tahun 1965 dengan pecahnya G30S/PKI di Indonesia.

Pada angkatan 50 ini berkembang karya sastra yang didominasi oleh puisi dan balada. Balada dalam KBBI memiliki arti sajak sederhana yang mengisahkan cerita rakyat yang mengharukan, kadang-kadang dinyanyikan, dan kadang-kadang berupa dialog. Dalam puisi gaya bercerita pengarang juga berkembang seperti berkembangnya puisi atau cerita balada dengan gaya yang lebih sederhana seperti puisi karya Rendra yaitu "Balada Terbunuhnya Atmo Kapo" atau Nyanyian Angsa" terdapat gambaran suasana muram karena menggambarkan hidup yang penuh dengan penderitaan.

Proklamasi kemerdekaan menciptakan suasana jiwa, penciptaan bebas, dan merdeka yang sebelumnya terkurung. Berkat kebebasan tersebut, berbagai pemikiran dan penciptaan karya sastra kembali marak. Hal tersebut ditandai oleh munculnya berbagai penerbitan seperti Panca Raya, Genta, Basis, Panji Masyarakat, Nusantara, Pembangunan, Siasat, Gema, Suasana, Pujangga Baru, Mimbar, dan Seniman. Dari beberapa penerbitan tersebut yang paling menonjol adalah Siasat dengan lampiran kebudayaannya "Gelanggang". Gelanggang merupakan sebuah nama ruangan atau tempat berkumpul pertemuan kebudayaan dalam warta sepekan Siasat (majalah Siasat). 

Melalui Gelanggang ini para seniman yang digerakan oleh Chairil Anwar, Asrul Sani, dan Idrus berkumpul mewujudkan kemerdekaan dan mengisinya dengan menciptakan karya-karya penting sehingga menciptakan sebuah generasi baru yang berbeda dengan Pujangga Baru dan generasi sebelumnya. Mereka membentuk perkumpulan kebudayaan yang diberi nama Gelanggang Seniman Merdeka dan menyatakan sebagai Generasi Gelanggang.

Kesusastraan diartikan sebagai kumpulan atau hal-hal yang berkaitan dengan sastra. Sastra sendiri didefinisikan sebagai karya lisan atau tertulis yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorsinilan, keartisikan, keindahan dalam isi, dan ungkapannya. Sebuah karya sastra pada umumnya berisi tentang permasalahan yang mencakup kehidupan manusia. Keadaan Indonesia pada saat pasca kemerdekaan angkatan 50 mengalami perubahan yang cukup drastis, yakni dari transisi berdarah-darah menuju ke kemerdekaan cemerlang. Pada masa tersebut, membuat para sastrawan mulai memahami mengenai ciri khas sastra pada angkatan 50-an dan masalah yang sedang dialami oleh Indonesia untuk membedakannya dari angkatan sebelumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun