Siapa sih yang tidak menginginkan pernikahan ? menjalani sisa hidup bersama seseorang yang kita cintai , memiliki buah hati dan membesarkannya bersama dengan penuh kasih. Tapi untuk sebagian orang tidaklah mudah mewujudkan keinginan itu. motivasi orang ketika memutuskan menikah sangat beragam, tergantung pada latar belakang dan pribadi individu itu sendiri. Latar belakang itu bisa berupa bagaimana keluarga mendidik dan memberi pandangan tentang sebuah pernikahan. Orang tua adalah contoh terdekat, bagaimana orang tua menjalani pernikahan mereka, bagaimana orang tua memberi gambaran kepada anak anaknya idealnya sebuah pernikahan itu, misalnya. Carilah pasangan yang lebih muda (bila ia pria), cari yang mapan , bagaimana keluarganya , blablabla. Semua itu apabila terus menerus di dengungkan di telinga anak, dengan sendirinya akan terpola pada otak anak ketika ia dewasa. Kemudian kondisi pribadi individu itu sendiri. Perjalanan manusia ketika dewasa tidaklah bisa diduga, ketika berbaur dalam lingkungan yang lebih luas, bertemu dengan orang orang baru, melihat kehidupan orang orang di sekitarnya, mendengar hal yang menyenangkan hingga keluhan dari teman teman sepergaulan , hal hal demikian terkadang mampu mempengaruhi kemudian merubah pola pikir yang sudah terbentuk sebelumnya.
Yang kerap kali kita menjumpai pernikahan yang tidak memiliki pondasi cukup kuat. Saya menyebutnya pernikahan basa basi. Beberapa kasus yang terjadi di sekitar saya, menyebabkan mereka memutuskan menjalani pernikahan basa basi.
a.Hamil di luar nikah
Ini yang sering terjadi. Saya tidak ingin mencampur baurkan tulisan saya dengan agama,karena baik buruk biarlah itu menjadi hak Tuhan untuk memutuskan. Sebuah hubungan haruslah didasari dengan rasa cinta kasih dan saling menghargai satu sama lain, pun ketika ingin memulai sebuah komitmen, sebut saja proses pacaran. Pacaran seharusnya dijadikan sebagai jalan untuk saling mengenal pribadi masing masing, tapi lebih sering proses ini dijadikan semacam legalisasi sex. Kalaulah itu dilakukan dengan sadar oleh keduanya,bahwa sex pasti akan membawa konsekwensi yang harus ditanggung oleh keduanya. Salah satunya adalah kehamilan. Ketika seorang pria telah berusaha menghindar bahkan menganjurkan perempuan pasangannya untuk menghilangkan janin yang tumbuh , itu sudah pasti adalah pria yang tidak bisa diharapkan untuk menjadi ayah yang baik kelak. Dan sayangnya sang perempuan lagi lagi merasa sebagai korban ( jangan pernah berkata ketika melakukan hubungan sex itu karena khilaf …itu bullshit ), pada akhirnya harus memaksa menghiba hiba meminta pertanggungjawaban dari pria. Pernikahan yang sebenarnya tidak diinginkan oleh salah satu pihak . pernikahan yang dilangsungkan semata mata demi nama baik
b.Perjodohan
Mereka yang sibuk memikirkan karir kadangkala sengaja untuk menunda pernikahan atau bahkan memutuskan untuk hidup melajang.keterpenuhan akan penghargaan dari tempat mereka bekerja, entah itu berupa jabatan, fasilitas dan tentu saja materi adalah tujuan . mereka akan menganggap memiliki keluarga hanya akan merepotkan . kalaupun memiliki pasangan lebih memiliih sebatas teman dekat dan sudah menjadi hal yang jamak dalam pergaulan kaum professional kota besar dengan yang namanya hubungan happy happy, hubungan singkat tampa status. Tapi seringkali keluarga dekat terutama orang tua akan gelisah melihat anak anaknya yang belum juga menikah diusia mapan plus financial yang lebih dari cukup. Jalan perjodohan sering ditempuh orang tua sebagai solusi. Dan sebagai anak yang dibesarkan dalam budaya timur dimana orang tua harus dijunjung tinggi, seringkali tidak mampu untuk menolak kehendak orang tua ( walalupun sepertinya saat ini kasus seperti ini sudah sangat jarang saya kira ). Pernikahan yang mungkin sama sama tidak diinginkan oleh kedua pasangan. Pernikahan yang terjadi tampa keduanya saling mengenal apalagi saling mencinta.
Dua sebab diatas menciptakan pernikahan pernikahan semu. Pernikahan berdasarkan order, permintaan dari salah satu pihak saja. Sebuah komitmen basa basi , pernikahan basa basi hanya akan melahirkan perselisihan, ketidaknyamanan , bahkan ketimpangan. Dan yang paling menderita adalah anak anak yang dilahirkan kelak. Sesungguhnya tidak ada pernikahan yang ideal, tidak ada pasangan yang ideal. Pernikahan adalah kesepakatan antara pria dan perempuan untuk menjalani komitmen bersama berlandas cinta kasih dan menghargai atas nama Tuhan dan restu kedua orang tua.
Saya mengutip sebuah ayat ,
Al’Quran (4;34)
“ Laki laki ( suami ) itu pelindung bagi perempuan ( istri ) karena Allah telah melebihkan sebagian mereka ( laki-laki ) atas sebagian yang lain ( perempuan ), dan karena mereka ( laki-laki ) telah memberikan nafkah dari hartanya, maka perempuan yang saleh adalah mereka yang taat ( kepada Allah ) dan menjaga diri ketika ( suaminya ) tidak ada, karena Allah telah menjaganya.”
Setidaknya contoh ayat diatas menunjukan bagaimana seharusnya pernikahan itu berjalan, ada hak dan kewajiban yang harus dipikul dan semestinya dijalankan dengan tulus oleh keduanya. Akan ada onak duri yang harus dihadapi seiring jalannya pernikahan. Dan semua itu hanya akan bisa dilalui jika keduanya memiliki CINTA KASIH dan saling MENGHARGAI ( dalam menghargai ada kejujuran, menjaga, dan menghormati ). Satu hal yang tidak kalah pentingnya tentu saja awali pernikahan dengan BERNIAT BAIK KEPADA TUHAN.
“ Aku berjanji untuk selalu memupuk cinta ku, menghargaimu beserta keluargamu, melayanimu penuh kasih, melahirkan dan membesarkan buah hati sepenuh sayang sepenuh cinta. dan aku berdoa semoga engkaupun demikian “
HAPPY BIRTHDAY , WISH ALL THE BEST FOR YOU AND ALLAH BLESS YOU ( AMIEN )
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H