Sampai hari ini, publik masih diramaikan dengan berita tentang pelecehan seksual yang diderita oleh murid TK JIS. Bahkan penyelidikan oleh pihak terkait, mulai dari polisi, KPAI, Diknas, Imigrasi semakin mendalam untuk memastikan bahwa kasus ini tidak sederhana. Ada indikasi keterlibatan jaringan Pedofil internasional.
Sumber: muslimmatters.org
Lepas dari situasi saat ini, saya jadi teringat dengan anak saya waktu dia duduk di kelas (Year) 6 di sebuah sekolah internasional juga, bukan di Indonesia, yang berbasis British Curriculum. Saat itu usianya 11 tahun. Itu adalah tahun terakhir ia di jenjang Primary School atau SD. Tahun depannya ia akan memasuki jenjang Upper School (setingkat SMP). Menjelang akhir tahun ajaran, kami orangtua mendapat surat edaran dari Kepala Sekolah yang berisi bahwa murid-murid Y6 akan mendapat Sex Education selama dua hari. Tujuannya memberi bekal pengetahuan kepada murid untuk lebih mengenal dirinya, tubuhnya, perkembangan psikologisnya dan hal-hal yang berkaitan dengan kematangan biologis anak. Sebagai ibu saya agak ragu-ragu juga memberi izin, kira-kira Pendidikan Sex macam apa yang akan diajarkan nanti. Untuk memastikan, suami saya mengirim email kepada guru tentang hal itu dan akhirnya kami setuju. Secara teknis, kelas dipisahkan antara murid laki-laki dan perempuan. Murid perempuan dididik oleh ibu guru dan murid laki-laki oleh Kepala Sekolah (Head Teacher).
This is The Boy's Secret
Setelah dua hari mendapat pendidikan, tentu saya penasaran dan kepo ingin tahu apa yang diajarkan kepada anak-anak. Saya panggil anak laki-laki ABG saya ini yang suaranya belum lagi pecah, masih pecicilan, masih suka tidur dengan orangtua, masih bertanya dari mana datangnya adik, kadang suka bertanya tentang arti kata-kata 'jorok' yang didegarnya dari kawan sepermainan, dan pernah memukul temannya karena temannya yang lebih besar mengatakan bahwa "Your Mom have sex with you Daddy." Dia tidak terima orangtuanya "dikatain" maka dia memukul temannya.
Ternyata anak saya menolak bercerita kepada saya. Berbagai bujukan tidak mempan meluluhkan mulutnya supaya bercerita. Seharian habis waktu untuk membujuk. Saya menebak-nebak apa yang terjadi, tapi tidak ada yang perlu dicurigai.
Hari kedua akhirnya saya berhasil membuatnya bercerita panjang lebar dengan 'sumpah" tidak boleh bilang ke siapa-siapa, termasuk kepada daddy-nya.
Jadi isi Pendidikan Sex itu adalah menjelaskan bagaimana terjadinya perubahan pada tubuh manusia dan efek perubahannya berpengaruh kepada tingkah laku manusia. Digambarkan bagaimana tubuh manusia itu mengalami perubahan dari bayi sampai tua, apa yang berubah ketika anak kecil menjadi remaja. Mengapa tubuh laki-laki berbeda dengan perempuan. Dijelaskan pula bagimana tentang organ reproduksi laki-laki yang berkaitan dengan ereksi, ejakulasi dan mimpi basah. Medianya menggunakan gambar Human body. Di kelas murid laki-laki, media gambar tubuh laki-laki. Selesai itu dilanjutkan dengan diskusi dan tanya jawab. Sesi ini yang paling seru, kata anak saya. Karena murid-murid datang dari berbagai macam bangsa, budaya dan agama, maka soal nilai/norma diserahkan kepada keluarga masing-masing, ini tidak menjadi bagian dari Pendidikan Sex di sekolah. Beruntung anak saya mengikuti pelajaran Islamic Studies sehingga pengetahuannya menjadi komplit.
Selesai bercerita, kemudian saya 'melengkapi' dengan apa yang menjadi pertimbangan saya sebagai orangtua. Namun tetap saja sebuah komitmen harus saya patuhi pada saat itu bahwa kata gurunya, this is the boy's secret. Mama tidak boleh membocorkan rahasia ini kepada siapapun, termasuk kepada Bapak. :D
Hidden Curriculum
Karena di sekolah tempat anak saya belajar "hanya" diajarkan tentang pendidikan sex yang tidak dikaitkan dengan nilai dan norma yang diyakini keluarga, maka tugas kami melengkapi kurikulum sekolah agar anak kami tumbuh menjadi pribadi yang tidak saja memahami perubahan yang terjadi pada dirinya secara utuh (jasmani dan rohani) namun ia juga harus dididik untuk mengetahui mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan karena dorongan-dorongan yang terjadi di dalam dirinya. Sebagai muslim, kami menanamkan tentang pentingnya menutup aurat, melarang pergaulan bebas laki-laki dan perempuan, mengajarkan cara mandi wajib karena mimpi basah, dan menyampaikan kewajibannya sudah jatuh untuk melaksanakan semua Rukun Islam ketika masa akil baligh sudah terjadi yang ditandai dengan mimpi basah pertama. Kami juga melarangnya meilaht gambar, bacaan dan situs porno. Kami juga membiasakan anak-anak dari kecil untuk beribadah harian di rumah bersama-sama.