Mohon tunggu...
Rita Audriyanti
Rita Audriyanti Mohon Tunggu... Penulis - Ibu rumah tangga

Semoga tidak ada kata terlambat untuk menulis karena dengan menulis meninggalkan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[FITO] "Recuerdos de la Alhambra"

25 Agustus 2016   21:37 Diperbarui: 25 Agustus 2016   21:42 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini malam ke dua Reina di kota tua AlBaicin, Granada. Reina kembali menghirup teh panas. Warna lipstik merahnya meninggalkan bekas di tepi cangkir. Mata Reina menatap ke luar jendela cafe. Salju masih menutupi jalan. Pohon-pohon tampak bagai lukisan. Warna merah kastil tua itu memberi aksen kontras nan cantik.

Reina menghembuskan asap rokoknya. Ia sedang menanti Maymir, laki-laki Spanyol yang dikenalnya di pesawat dalam perjalananan dari Istanbul-Madrid. Mereka ada urusan bisnis wisata.

Kembali Reina melihat jam tangannya. Sudah pukul delapan lewat. Maymir belum datang juga. Reina mengurungkan niatnya meninglakan cafe sebab seorang perempuan dengan gitar di tangannya sudah berada di sudut cafe. Reina menyandarkan punggungnya ke kursi . Perempuan itu mulai memetik gitar.  Reina melipat kedua tangan ke dadanya.

Telinga Reina semakin fokus. Reina membetulkan posisi duduknya. Satu lagu usai. Dua turis Jepang melemparkan koin. Si pengamen kembali memetik gitarnya. Perpindahan nada satu ke lainnya menimbulkan nada transisi yang indah. 

Reina menajamkan pandangan dan pendengarannya. Ia mengenali nada lagu yang sedang dimainkan si pengamen kerempeng itu. Reina duduk semakin kaku. Jantungnya mulai berdebar kencang. Tangannya gemetar. Berulang kali ia menggelengkan kepalanya. Dikatupkannya kedua bibirnya. Tanpa terasa, butiran hangat deras jatuh di pipinya yang dingin.

Suara denting gitar terus mengalun. Isak tangis Reina pun semakin jadi. Ia tenggelam dalam petikan lagu kesayangan adiknya, Boy, yang telah tiada.

Reina semakin larut ditikam rindu. Pada malam itu,  seolah Boy sedang duduk bersamanya menikmati indahnya Recuerdos de la Alhambra. "Boy, kita sekarang di sini berdua. Bersama..." bisik Reina terisak menundukkan kepalanya yang bergoncang. Bayangan Boy seperti tersenyum memandang kakaknya.

Si pengamen menganggukkan kepalanya. Pertunjukan usai. Reina menghapus air mata sambil menarik napas panjang. Berdiri, meletakkan uang kertas ke dalam peti gitar si pengamen.

"Hey, Reina... Sorry saya terlambat." Suara Maymir mengejutkan Reina.  

Lalu keduanya melangkah pergi. Bayang-bayang Reina dan Maymir hilang ditelan malam yang bersalut nostalgia...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun