Sebagai anak yang sudah pandai menjahit, setiap Lebaran, saya selalu membuat baju sendiri. Saya menjahit di waktu siang hari karena malam penerangan rumah saat itu baru menggunakan lampu petromak. Walau mesin tanpa dinamo listrik, tapi kaki ini dengan senang hati bergoyang menghasilkan baju-baju buatan sendiri. Puas hati rasanya.
Terakhit mengenai kue Lebaran. Saya dan teman-teman perempuan, seakan seperti membuat perlombaan adu banyak kue dengan bahan terbatas. Kadang hasilnya tidak memperhatikan mutu. Yang penting mampu menjawab pertanyaan dengan jumlah tertinggi. "Kamu dapat berapa kaleng Khong Guan kue sempritnya?". Helleehh.... sekilo tepung, serempat mentega, dua butir telur dan seperempat gula diharapkan menghasilkan kue kering bertoples-toples. Tak heran yang kuenya paling banyak, pasti kuenya sekeras pecahan genting untuk main taplak....
Ah, tapi kenangan cerita Ramandhan itu manis dan berkesan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H