Mohon tunggu...
Rita Audriyanti
Rita Audriyanti Mohon Tunggu... Penulis - Ibu rumah tangga

Semoga tidak ada kata terlambat untuk menulis karena dengan menulis meninggalkan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Fabel] Sekawanan Anjing dan Bayang-Bayang Mereka

7 November 2015   23:37 Diperbarui: 7 November 2015   23:37 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

amamamamamm

 

Rita Kunrat, No. 16

Di ujung lorong Pasar Lama, ada sekawanan anjing kampung yang hidup dari sampah dan sisa buangan pasar. Anjing-anjing tersebut mengendus dan mengais tulang belulang yang teronggok, yang tak berdaging sama sekali. Kadang tulang kering tersebut menjadi sumber pertikaan sesama anjing. Jika datang anjing muda yang tidak mengerti siatuasi, gonggongan anjing senior menghalau anjing yunior yang belum berpengalaman.

Seekor anjing tua yang sudah kepayahan, masih berambisi ingin mendapatkan barang sepotong saja daging merah yang tergantung di atas meja penjual daging. Lidahnya menjulur dengan tetesan ludah jatuh ke lantai becek. Seumur-umurnya, belum pernah ia kesampaian menikmati daging steak yang menjadi santapan manusia di cafe bergengsi. Sampai suatu saat, anjing tua malang itu mati tergolek tak jauh dari tempat pembuangan sampah pasar, tanpa sempat menikmati daging impiannya.

Diantara generasi kedua dan ketiga, ada seekor yang memiliki bakat memimpin. Anjing hitam tersebut memiliki indera penciuman paling sensitif. Ia tahu kapan datangnya daging sapi dari pemotongan. Beberapa kali ia berhasil menggondol sebongkah daging berlemak lepas dari pengawasan tukang daging. Kepiawaiannya mengundang decak kagum anjing-anjing lainnya.

“Aku dengar, pasar ini akan direnovasi,” seekor anjing belang membuka pembicaraan.

“Ah….pasti banyak daging yang dibuang ,” sela Si Pincang, anjing paling bodoh.

“Guk guk guuuukkk….,” anjing-anjing lain tertawa terbahak mendengar celoteh tolol Si Pincang.

“Makan besar, Kau,” sindir Si Belang sambil menggoyang-goyang ekor buntungnya.

Malam itu, berakhir dengan sebuah kesepakatan bahwa sebuah misi besar berhasil dirancang pada malam jahanam itu. Sekawanan anjing yang sudah letih mengatur sebuah strategi, bubar berjalan gontai dalam cahaya redup menjelang bulan purnama malam Jum’at.

Perjuangan anjing-anjing pasar itu tidak sia-sia. Kelimanya masing-masing berhasil menggondol hasil jarahan dari pasar di suatu malam bulan purnama. Mereka berhasil merobek karung berisi daging yang belum lama turun dari rumah pemotongan. Dengan gerak cepat sekawanan anjing yang sudah tidak mampu lagi mengontrol nafsunya, bergerak menepi ke pinggir sungai. Mereka beriringan seolah bertambah jumlahnya karena bayang-banyang. Sementara air sungai, nampak bergoyang-goyang ditimpa cahaya rembulan.

Bayangan di dalam air itu memesona kelima anjing tersebut. Mereka berhenti. Terpaku melihat bayang-bayang yang seolah memanggil sekawanan anjing tersebut. Bayang-bayang anjing betina. Semakin lama semakin menggoda. Ekor-ekor anjing yang sedang bernafsu itu, bergoyang. Posisi kelimanya semakin mendekat ke bayang-bayang mereka sendiri  yang ada di dalam air. Serempak mereka menyalak.

“Guk…guk..guk!”

Semakin kencang dan semakin memecah kesunyian malam. Kelimanya terpencar, melompat-lompat mengejar bayangan mereka sendiri. Si Belang dan Si Hitam pun bahkan terperosok. Gonggong dan salak semakin mengejutkan burung-burung malam yang kabur dari dahannya.

Malam itu, bayang dalam sungai semakin berubah menjadi riak air. Sekawanan anjing itu  sampai lupa dengan makanan lezat yang sudah bergayut di mulut mereka. Bahkan mereka sudah lupa dengan misi besarnya yaitu menikmati lezatnya daging curian. Sebuah lemparan batu entah dari mana, membubarkan sekawanan anjing yang berlari terpencar entah kemana.

 

Note:

Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community

Silahkan bergabung di FB Fiksiana Community

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun