Konferensi Asia Afrika(KAA) yang ke-60 sudah usai. Perhelatan multi bangsa itu telah tercatat menjadi lembar sejarah baru peradaban antar bangsa, khususnya bangsa di kawasan Asia dan Afrika. Gegap gempita dalam semangat bersama atas dasar kemerdekaan dan kemanusiaan, juga telah dicanangkan dalam berbagai macam orasi, prasasti dan janji. Wajah-wajah pemimpin bangsa, hadir dalam pemberitaan media, menjadi representasi kaumnya.
Indonesia sebagai tuan rumah, dan khususnya Bandung, telah menjadi tuan rumah yang ramah kepada para tamu, melayani dengan baik, memberi harapan dan mendorong kerja sama kepada anggota KAA agar menjadi bangsa yang percaya diri, serta nama Indonesia semakin bergaung di dunia internasional. Alhamdulillah, usai acara KAA ini, kita tidak mendengar cela yang ditinggalkan.
Sebagai warga negara Indonesia yang tinggal di negeri orang, walau hanya bisa melongok melalui media masa, ikut bangga dan bersyukur  atas kesuksesan KAA yang telah berlangsung dari tanggal 19-24 April 2015 dengan tema "Mempromosikan Kerja Sama Selatan-Selatan bagi Perdamaian dan Kesejahteraan Dunia" (Promoting South-South Cooperation for World Peace and Prosperity).
Sumber:thepresidentpostindonesia.com
Berkah KAA bagi Kota Bandung
Bandung yang sebagai kota lahirnya KAA tahun 1955 dan terus berlangsung setiap tahun, sepertinya bisa menjadi kota representasi negara-negara Asia Afrika. Bandung tidak hanya menjadi kota seremonial, apa lagi peringatan KAA sudah berlangsung sampai 60 kali, tentu sebagai bangsa kita mengharapkan Bandung menjadi "sesuatu" jika dikaitkan dengan kata Asia Afrika. Demografi, tata kota, cuaca atau penduduknya, boleh jadi menggambarkan rata-rata bangsa di kawasan Asia Afrika. Oleh karena itu, kita boleh berharap bahwa dari KAA, Bandung mendapat berkah dan potensi masa depan yang lebih baik.
KAA ke-60 berangsur-angsur ditinggalkan tapi tidak dilupakan. Bandung sebagai tuan rumah telah tercatat dalam sejarah peradaban bangsa Asia Afrika. Kata dan nama "Bandung" telah ikut pulang ke negeri masing-masing pemimpin dan wakil negara Asia Afrika.
Sementara di dalam negeri sendiri, beberapa sesi kegiatan KAA mendapat apresiasi dan tanggapan istimewa, diantaranya ketika penampilan permainan angklung yang didukung oleh 20 ribu pemain yang berlangsung di Stadion Siliwangi, telah memecahkan rekor MURI.
Selain itu, di sepanjang Jalan Asia Afrika, tercatat  nama-nama peserta Konferensi Asia Afrika Ke-60. Tentu saja hal ini  menambah daya tarik Kota Bandung sebagai kota bernuansa seni.
Bagi saya pribadi, begitu bahagia melihat melalui layar kaca, bagaimana pada sesi terakhir KAA para pemimpin dunia tersebut melakukan napak tilas  melalui Historical Walk dari Hotel Savoy Homann yang berjarak sekitar 50 meter menuju Gedung Merdeka. Suasana singkat tersebut menjadi harapan semua orang di dunia ini agar kedamaian menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari warga dunia dimana pun mereka berada. Tidak ada lagi perang, permusuhan, teror maupun ketakutan. Semua orang bisa berjalan santai dan gembira, seperti yang disimbolkan dari para pemimpin yang sedang melakukan napak tilas tersebut.