Mohon tunggu...
Rita Indah Cahyani
Rita Indah Cahyani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Saya Rita Indah Cahyani mahasiswi Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Program Studi Ilmu Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penerapan Prinsip-Prinsip Komunikasi Islam dalam Kampanye Bisnis Unilever

12 Juli 2023   21:11 Diperbarui: 13 Juli 2023   15:55 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bisnis memainkan posisi penting dalam struktur yang memungkinkan aktivitas ekonomi memenuhi kebutuhan manusia. Semua aspek kehidupan manusia dipengaruhi oleh aktivitas bisnis. Setiap hari, jutaan orang terlibat dalam aktivitas komersial sebagai produsen, perantara, dan konsumen. Bisnis adalah kegiatan ekonomis. Hal-hal yang terjadi dalam kegiatan ini adalah tukar menukar, jual beli, memproduksi-memasarkan, bekerja-memperkerjakan, dengan tujuan memperoleh keuntungan (Bertens, 2000 : 17).

Menurut Fauroni (2003 : 92) etika bisnis merupakan keharusan. Etika dapat menyatu dengan dunia bisnis. Tanpa etika, dunia bisnis akan menjadi sebuah struktur kehidupan yang tersendiri dan menjadi dunia yang "hitam". Dalam dunia bisnis sangat diperlukan aturan-aturan dan nilai-nilai yang mengatur kegiatan bisnis agar tidak ada pihak-pihak yang dirugikan dan dieksploitasi baik pihak konsumen, karyawan maupun siapa saja yang ikut terlibat dalam kegiatan bisnis tersebut.

Dalam Islam bisnis dapat dipahami sebagai serangkaian aktivitas bisnis dalam berbagai bentuknya yang tidak dibatasi jumlah (kuantitas) kepemilikan hartanya (barang/jasa) termasuk profitnya, namun dibatasi dalam cara perolehan dan pendayagunaan hartanya (ada aturan halal dan haram) (Yusanto dan Karebet, 2002 : 18). Menurut definisi di atas, setiap muslim memiliki kewajiban, khususnya mereka yang diharapkan untuk bekerja. Salah satu hal yang memberi manusia potensi adalah kemampuannya untuk bekerja. Allah SWT memperluas bumi dan menciptakan berbagai sumber daya yang dapat digunakan untuk mencari kekayaan agar manusia dapat bekerja dan mencari nafkah. Sebagaimana dikatakan dalam firman Allah QS Al-A'raf ayat 10 yang artinya: "Sesungguhnya kami telah menempatkan kamu sekalian di bumi dan kami adakan bagimu di muka bumi itu (sumber-sumber) penghidupan... "

Di samping anjuran untuk mencari rizki, Islam sangat menekankan (mewajibkan) aspek kehalalannya, baik dari sisi perolehan maupun pendayagunaannya (pengelolaan dan pembelanjaan). Sebagaimana dikatakan dalam firman Allah QS An-Nahl ayat 114 yang artinya: "Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezeki yang telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah."

Oleh karena itu setiap bisnis atau kampanye bisnis yang dilakukan harus berdasarkan prinsip-prinsip komunikasi Islam dalam Al Quran agar sesuai dengan ajaran Islam sebagaimana mestinya. Seperti salah satu perusahaan di Indonesia yaitu Unilever. Unilever adalah salah satu perusahaan Fast Moving Consumer Goods (FMCG) terkemuka di Indonesia yang senantiasa menemani keseharian masyarakat. Unilever adalah produsen barang rumah tangga terbesar ketiga di dunia, Unilever memproduksi makanan, minuman, pembersih, dan juga perawatan tubuh.

Unilever didirikan atas dasar purpose (tujuan mulia). Tujuan Unilever tetap sama selama lebih dari 87 tahun, Unilever ingin kehidupan berkelanjutan menjadi lebih baik. Melalui barang dan kampanye Unilever terus bekerja untuk membangun masa depan yang lebih baik. Unilever mendorong orang-orang untuk melakukan tindakan sederhana setiap hari untuk memperbaiki planet ini. Unilever berkomitmen untuk menjalankan perusahaan secara etis dan berkelanjutan sehingga Unilever dapat berkembang sambil mengurangi dampak lingkungan negatif dan memperkuat dampak sosial positif.

Unilever melakukan beberapa kampanye bisnis untuk meningkatkan top of mind yang terpatri dibenak masyarakat dikarenakan mereka memiliki pondasi branding yang solid dan tentunya sangat membantu dalam mengukuhkan brand awareness yang akan dibangun. Dengan cara bekerja keras dalam memperkenalkan brand ke pasaran tujuannya agar konsumen menyadari potensi dan kualitas dari produk yang ditawarkan sehingga mendorong kegiatan konsumsi dalam skala kecil, menengah, hingga skala besar-besaran.

Beberapa kampanye bisnis Unilever dengan menerapkan prinsip komunikasi Islam diantaranya:

1.) Event Ice Cream Day oleh Wall's

Kampanye bisnis ini dilakukan untuk membangun brand experience untuk tingkatkan loyalitas pelanggan. Ketika brand berhasil memenuhi kebutuhan konsumen, tingkatan loyalitas pelanggan umumnya akan meningkat. Faktanya, semakin banyak pelanggan yang setia dan membeli produk, semakin besar pula kekuatan dan popularitas brand di mata konsumen. Dalam kampanye ini Unilever membangun kedekatan dengan konsumennya dengan mengadakan kegiatan-kegiatan kemanusiaan atau event kekeluargaan. Kampanye ini tentu saja menambah reputasi positif kepada konsumen sebagai produsen kebutuhan rumah tangga.

Kampanye ini menerapkan prinsip komunikasi Islam Qaulan Baligha (perkataan yang berbekas pada jiwa mereka), sesuai dengan QS An-Nisa ayat 63 di mana kampanye ini menggunakan kata-kata yang efektif, tepat sasaran, komunikatif, mudah dimengerti, langsung ke pokok masalah (straight to the point), dan tidak berbelit-belit atau bertele-tele. Agar komunikasi tepat sasaran, gaya bicara dan pesan yang disampaikan hendaklah disesuaikan dengan kadar intelektualitas komunikan dan menggunakan bahasa yang dimengerti oleh mereka. Kampanye yang menerapkan prinsip Qaulan Baligha ini tentu efektif karena kampanye ini sangat berbekas pada pikiran khalayak dan membangun reputasi positif terhadap Unilever.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun