Saya terhenyak membaca kiriman WhatsApp dari teman yang intinya berisi ajakan kepada para orang tua untuk meluangkan waktunya tiga jam dalam sehari untuk menemani anak-anak bermain, belajar dan bicara. Bermain apa saja. Belajar tentang apa saja. Bicara tentang apa saja. Waktunya antara jam 18.00 sampai dengan jam 21.00. Ajakan itu disebutnya sebagai GERAKAN 1821.
Jujur, saya belum intens melakukannya untuk anak saya. Meskipun dalam tulisan itu disebutkan, bahwa sasaran utamanya adalah anak-anak usia SMA ke bawah, tetapi menurut saya, anak-anak usia kuliahpun tetap membutuhkan 3B ini dari orangtuanya. Mereka tetap butuh diajak bermain, meskipun mereka sudah memiliki teman bermain sendiri. Mereka tetap butuh ditemani belajar meskipun mereka sudah merasa besar dan dewasa. Mereka tetap butuh diajak bicara, tentang apa saja, meskipun kadang kita akui, banyak yang ndak nyambung dengan dunia kita.
Jam-jam segitu, yang biasa saya lakukan, memang menemani anak saya yang sudah duduk ditahun kedua kuliah, tetapi hanya sekedar menemani secara fisik, karena saya sendiri ternyata juga asyik dengan gadget saya, membuka beberapa grup WA dan BBM, dan sesekali komen bila sangat diperlukan. Sementara anak saya sibuk dengan kegiatannya sendiri, belajar, nonton tivi atau mungkin juga asyik dengan gadgetnya sendiri. Kami asyik sendiri-sendiri meskipun berada dalam satu ruangan. Tanpa kata-kata.....
Sharing informasi ini seakan menampar kewajiban dan tanggungjawab saya. Percaya kepada anak yang sudah mulai tumbuh dewasa, sah-sah saja, karena ini dapat menambah rasa percaya diri anak. Akan tetapi, kewaspadaan tetap harus mengiringi. Yakinkah kita melihat anak asyik di depan lapi, yang kalau ditanya sedang mengerjakan tugas, bahwa ia benar-benar sedang mengerjakan tugas? Apalagi bila posisi anak berhadapan dengan kita. Yakinkah kita melihat anak asyik mengerjakan tugas, bahwa ia benar-benar mampu menggarap tugas itu dengan benar? Yakinkah kita melihat anak tidak bercerita, bahwa ia benar-benar tidak memiliki masalah yang mengganggu hati dan pikirannya?. Yakinkah kita melihat anak terbelenggu dengan rutinitasnya sehari-hari, bahwa ia benar-benar tidak membutuhkan kawan bermain? Kita tidak akan benar-benar tau bila kita tidak mendampinginya belajar, mengajaknya bicara dan mengajaknya bermain.
Ayo ayah......
Ayo bunda.....
Anak butuh kehadiran dan kedekatan kita semua, bukan hanya secara fisik, tetapi lebih dari itu. Jangan biarkan anak asyik dengan dunianya sendiri. Tiga jam dalam sehari kita harus ajak anak menelusuri dunia kita, dunia keluarga, bahwa disamping dirinya sendiri, ada adik, ada kakak, ada ayah, ada bunda bahkan juga ada asisten rumah tangga yang perlu disapa dan balas menyapa. Belum terlambat untuk memulai sesuatu yang baik. Kita lakukan sekarang juga!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H