Song fiction ini terdapat dalam buku antologi kumpulan song fiction: Nada rasa penuh makna bersama Dandelion publisher.
Semoga tanah Palestina segera merdeka dan anak-anak Palestina pun ceria kembali.
Lagu atuna tufuli bisa didengarkan di link berikut: https://www.google.co.id/search?q=lagu+atuna+tufuli&source=lmns&tbm=vid&bih=738&biw=428&client=safari&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwifgfif6_CBAxVa2zgGHUtDAtcQ0pQJKAJ6BAgAEAs#fpstate=ive&vld=cid:d3935060,vid:glRFbyTCcxQ,st:0
Berikut kisah song fiction yang saya buat. untuk mengingat penderitaan anak Palestina akibat penjajahan i5rael.
“Give Us a Chance”
a song fiction Oleh Rita Haryanti
“A’touna Et tufoole (beri kami masa kecil), A’touna Et tufoole (beri kami masa kecil), A’touna Et tufoole (beri kami masa kecil).”
Aku menangis saat mendengar suara menggelegar. Ramadan yang suci ternoda. Ini bukan kali pertama aku mendengar suara bom yang dahsyat di bulan nan suci. Tadi pagi aku masih bermain dengan kakakku. Aku masih ingin bermain. Ibu menarikku dan kakakku keluar dari rumah, menyelamatkan diri.
“A’touna, a’touna, a’touna Es -salaam. (Beri kami kedamaian).” Hatiku menjerit.
Ini Ramadan, sebentar lagi hari Raya Idul Fitri. Penjajah Israel itu tidak peduli, mereka menghujani rumah-rumah kami dengan bom. Mereka selalu melakukannya di tiap-tiap Ramadan.
Aku terus berlari menyelamatkan diri. Kakiku lelah. Tadi aku ingin ke rumah temanku bersama kakak. Kami datang untuk membantu mendekor rumah dengan ucapan Jeena N’ayed kom, Bel eid mnes’alkom (selamat hari raya kepadamu), yang segera kan datang. Namun, rumah itu kini telah terkena bom.
Lesh ma fee’enna La ‘ayyad wala zeineh (mengapa di tempat kami tidak ada dekorasi hari raya)? Tidak bisakah kami berhari raya dengan tenang? Hatiku terus menangis.
Ya ‘alam (wahai dunia), rumah kami juga terkena bom, desa kami terbakar, Ardhi mahroo’a (tanah kami habis terbakar). Aku memandang sekilas pada kepulan asap yang berada di belakang, yang menghanguskan rumah-rumah. Aku terus berlari.