PERUBAHAN PERILAKU BELAJAR SISWA PASCA PANDEMI
Perilaku adalah serangkaian tindakan yang dibuat oleh individu, organisme, sistem, atau entitas buatan dalam hubungannya dengan dirinya sendiri atau lingkungannya,[1] yang mencakup sistem atau organisme lain di sekitarnya serta lingkungan fisik (mati). Perilaku adalah respons yang dikomputasi dari sebuah sistem atau organisme terhadap berbagai rangsangan atau input, baik internal atau eksternal, sadar atau bawah sadar, terbuka atau rahasia, dan sukarela atau tidak sukarela.[2] (Wikipedia Bahasa Indonesia).
Masa pandemi kemarin sangat membawa dampak yang besar pada segala hal. Mulai dari perilaku hidup sehat dan perilaku belajar. Sebelum pandemi, para siswa belajar secara normal. Maksudnya belajar di sekolah secara tatap muka. Tetapi setelah ada pandemi (COVID-19) semua berubah. Perilaku  belajarpun berubah total.
Pada awal tahun 2019 seluru siswa belajar secara daring. Belajar daring yaitu belajar dalam jaringan atau on-line. Seluruh siswa belajar menggunakan gadged. Mereka belajar semua mata pelajaran dengan menggunakan gadged. Belajar sampai dengan tugas semua dikerjakan secara on-line.
Berawal dari tahun 2019-2021 siswa belajar secara daring, dari perubahan cara belajar ini ternyata sangat mempengaruhi perilaku siswa. Sekarang pandemic sudah berakhir, tetapi sangat disayangkan perilaku siswa belum berubah. Mereka masih terbawa gaya belajar ketika masih dalam pandemi. Bukan kearah yang positif yang diambil, tetapi mereka lebih memilih yang nyaman-nyaman saja. Mereka masih sibuk dengan gadged nya. Bukan untuk belajar, melainkan untuk bermain game, atau sekedar berselancar di dunia maya.
Banyak siswa yang mengetahui perilaku apa saja yang hendaknya dimiliki siswa yang sesuai dengan norma kehidupan sehari-hari, berikut beberapa perilaku yang hendaknya dimiliki oleh siswa:
- Budaya malu, yaitu sikap malu jika melanggar tata tertib. Contoh: malu datang terlambat, malu tidak piket, malu tidak mengerjakan PR, dan lain-lain.
- Budaya sopan, yaitu sikap untuk selalu berlaku sopan di mana pun dan kepada siapa pun. Contoh: menghormati guru, menghormati orang yang lebih tua, menghormati dan menghargai teman, berbicara yang santun dengan orang yang lebuh tua, berbicara yang santun dengan teman, membiasakan dengan kalimat minta tolong jika membutuhkan bantuan orang lain, membiasakan minta maaf seandainya bersalah dan lain-lain.
- Budaya musyawarah untuk mufakat. Contoh: Dalam setiap pengambilan keputusan diusahan di bicarakan bersama dengan warga sekolah dan siap menerima segala keputusannya dan lain-lain
Dari uraian diatas kita dapat menyimpulkan bahwa kita sebagai pengajar harus sangat selektif dalam menyikapi perubahan perilaku siswa yang agak melenceng pasca pandemic ini.
Guru tidak perlu menanggapi dengan cara berlebihan. Kita cukup mangamati dan senantiasa mengingatkan serta memberi sikap atau btauladan. Agar siswa bisa melihat dan mencontoh dari sikap kita.
Tujuan kita memberi contoh atau tauladan untuk berperilaku baik adalah agar siswa kita mengetahui mana perilaku yang baik dan mana perilaku yang kurang baik. Maka dari itu marilah para pendidik, kita senantiasa berbicara yang santun, biasakan meminta maaf jika kita keliru, dan meminta tolong dengan kalimat yang lembut.
Kita sebagai pendidik saat ini harus benar-benar hati-hati karena paca pandemi ini siswa lebih sensitive, merasa paling benar, merasa di rumah tidak pernah disalahkan. Sehingga jika ada guru yang menegurnya dikira marah atau dikira tidak suka kepadanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H