Mohon tunggu...
Riszha Nurlayli
Riszha Nurlayli Mohon Tunggu... Mahasiswa - Seorang mahasiswa biasa

Selamat Membaca!

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Mengenal Gaya Penulisan Sastrawan Besar Profesor Budi Darma Melalui Simposium Nasional

29 Oktober 2021   13:26 Diperbarui: 29 Oktober 2021   13:30 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster simposium nasional: "Menuju Dunia Jungkir Balik Budi Darma" (Dokpri)

Salah satu peserta juga mengungkapkan kesannya terhadap sosok almarhum Budi Darma, ia mengatakan "Saya tidak akan lupa betapa hebatnya Professor Budi Darma dan betapa kreatifnya beliau". Ini dibuktikan dengan pembahasan yang disampaikan oleh Bapak Wahyudi sebagai salah satu Pembicara dalam presentasinya. 

Presentasinya memaparkan tema-tema yang menonjol dalam karya-karya Profesor Budi Darma. Diantaranya adalah tema kekuasaan takdir, professor Budi Darma menganggap bahwa semua yang terjadi dalam hidupnya, semua gerak, seluruh kepengarangan berangkat dari takdir, menjadi penulis, menjadi sastrawan, bahkan hambatan-hambatan yang terjadi saat menulis pun juga terjadi atas adanya takdir. Hal ini dituangkan dalam karyanya yang mana bercerita tentang ketidakberdayaan manusia atas takdir. 

Dan menurut pemamaparan Pak Wahyudi, karya Professor Budi darma hampir mengungkap semua rahasia kontradiksi manusia, sehingga ketika pembaca membaca karya Professor Budi Darma akan merasa di kuliti, dan seolah di ungkap semua sifat-sifat manusia yang kontradiksi.

Selanjutnya tema kedua yaitu, kematian. Tema kematian ini berangkat dari pengalaman professor Budi Darma yang seringkali melihat peristiwa kematian sepanjang hidupnya. Pak Wahyudi mengatakan "banyak karya Budi Darma lahir dalam perjalanan dan tentang perjalanan". Sangat menarik bukan?

Tema ketiga tentang tentang kesendirian, keterasingan, dan kesepian. Pak Wahyudi memaparkan tema kesendirian ada karena memang tokohnya berusaha sendiri dan hidup sendiri, dan yang kedua, tema ini muncul karena tokoh-tokohnya merasa terasingkan dari lingkungannya seperti yang ada pada karya-karya sastra Professor Budi Darma, seperti pada tokoh Rafilus, Munadir, dan Pawestri. 

Pak Wahyudi juga memaparkan kalau tema ini lahir dari pengalaman professor Budi Darma yang merasa sendirian ketika studi di luar negeri, sehingga tokoh-tokoh dengan tema kesendirian dituangkan kedalam ceritanya.

Dari pemaparan tema tersebut sudah terlihat betapa luar biasa Profesor Budi Darma dalam melahirkan karya-karya hebatnya.

Jasad boleh mati dan membusuk, tetapi karya-karya mu (Professor Budi Darma) akan tetap hidup di dunia sastra. Selamat jalan menuju keabadian Prof. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun