Mohon tunggu...
Risyad Tabattala
Risyad Tabattala Mohon Tunggu... -

• 23 Tahun • Budak Korporat • Pemberhala Musik • Penyembah Sepakbola • Menulis Pada Akhir Pekan • Carpe Diem •

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tentang @hafidz_ary dan Wajah Dakwah Yang Brutal

7 Januari 2013   21:54 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:24 8956
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13575830211383981836

“ORANG KAFIR LEBIH BAIK BUNUH DIRI SAJA, TOH PERCUMA HIDUP LAMA KARENA UJUNGNYA NERAKA JUGA”Ary Hafidz

Ehm.

Jika Tuhan yang Maha Besar saja bermurah hati dengan membiarkan semua manusia (yang menyembah Dia maupun yang tidak) untuk bisa hidup di Bumi yang Dia miliki, lantas kenapa seorang pria bernama Ary Hafidz (yang nabi-pun, juga bukan) kok bisa begitu berani menyebut kawan-kawan nonmuslim kita lebih baik bunuh diri saja dengan alasan percuma juga hidup lebih lama, karena toh ujung-ujungnya akan masuk neraka juga?

Tidak hanya bagi umat muslim, saya percaya bahwa Islam adalah rahmat bagi seluruh alam semesta, bahkan bagi mereka yang bukan muslim sekalipun. Seruan Ary Hafidz yang menyebut para nonmuslim lebih baik segera mati saja adalah sebuah gagasan konyol yang membuatnya tak lebih dari sekedar pria tanggung imbisil yang sukses membuat Islam tampak brutal dan jauh dari kodratnya sebagai rahmat bagi seluruh umat manusia.

Lagipula sudah sewajarnya manusia hidup dalam keberagaman, kan? Okelah, dakwah itu memang wajib buat setiap muslim. Tapi jika ternyata memang ada sebagian golongan yang sudah merasa nyaman dengan kondisi mereka sebagai nonmuslim, apakah kita berhak untuk memaksa mereka keluar dari kondisi nyaman tersebut? Juga, apakah jika golongan tersebut telah merasa damai dengan kondisi mereka sebagai nonmuslim, apakah kita masih perlu untuk menyebut mereka sebagai “KAFIR YANG PASTI MASUK NERAKA” atas alasan dakwah?

Pada titik inilah, menurut saya, Ary Hafidz harus paham benar apakah yang dia lakukan adalah sebuah bentuk dakwah atau justru malah bentuk penghujatan terhadap keberadaan golongan lain? Terlebih dengan statusnya selama ini yang dikenal sebagai so-called “aktivis Islam anti liberalisme”. Lagipula dengan ucapan yang begitu tendensius tersebut, nonmuslim mana sih yang bakal terkesan dan akhirnya tertarik untuk mengetahui Islam lebih jauh? Kalaupun di dalam ajaran Islam, nonmuslim memang tidak akan masuk surga, memangnya dengan menyebut mereka “KAFIR YANG PASTI MASUK NERAKA” akan membuat mereka tersadar dan otomatis berduyung-duyung masuk Islam? Bisa jadi, itu malah membuat mereka jadi resisten dan begitu anti terhadap keberadaan Islam. Kalau sudah begini, alih-alih menjadi rahmat bagi seluruh manusia dan alam, di tangan Ary Hafidz, wajah Islam justru tampak begitu buruk, tak ramah, brutal dan seperti hobi “meneror” siapapun yang berseberangan dengannya.

Ngomong-ngomong, saya sendiri tak bisa membayangkan apa jadinya dunia jika tidak ada para nonmuslim di dalamnya. Isaac Newton, Thomas Alva Edison, Albert Einstein, hingga Steve Jobs, semuanya adalah nonmuslim. Andai kata mereka semua mati bunuh diri (seperti yang dianjurkan oleh Ary Hafidz) sebelum menyelesaikan penemuan-penemuan mereka, bisa dipastikan dunia hari ini akan jadi gelap gulita. Belum lagi jika kita berbicara tentang Mahatma Gandhi, Bunda Theresa, Dalai Lama, hingga John Lennon yang meski bukan seorang muslim, namun konsisten mengkampanyekan cinta kasih dan perdamaian ke seluruh penjuru dunia.

Seorang Ary Hafidz berani menyuruh para nonmuslim untuk sebaiknya mati saja. Memangnya dia siapa sih? Sumbangsih apa yang sudah dia berikan buat peradaban dunia? Nol.

Sudahlah, sekarang sudah 2013. Zaman batu sudah lewat. Sudah bukan waktunya lagi kita saling senggol-bacok cuma karena masalah perbedaan keyakinan. Kalaupun memang merasa diri lebih baik dari yang lain, maka kenapa tidak dibuktikan saja dengan tindakan yang nyata? Ngapain kek, gitu. Buat saya, itu jauh lebih baik ketimbang sekedar latah sok ikut gerakan ANTI-ini ANTI-anu sembari mengkafirkan golongan lain, tapi ujung-ujungnya malah menjual murah diri sendiri demi menjadi abdi jongos partai politik impoten penjual agama.

Akhir kata, boleh-boleh saja sih Ary Hafidz tetap berkeras dengan segala argumen dan gaya dakwah brutalnya selama ini. Tapi jika itu memang benar-benar terjadi, maka dari sanalah kita bisa mengambil pelajaran bahwa terkadang, kebodohan manusia itu hadir dalam skala yang tidak terbatas.

Aduh!

Tulisan ini juga bisa dibaca di SINI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun