Mohon tunggu...
RIFKY R TANJUNG
RIFKY R TANJUNG Mohon Tunggu... Penikmat Akal Sehat -

1) Iam Moslem 2) Penikmat Kajian Sosial Politik dan Budaya 3) Love Bangka Belitung 4) *Menulis Untuk Melawan Lupa*

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dilematisasi Musisi Indie Lokal

4 Maret 2016   16:11 Diperbarui: 4 Maret 2016   16:20 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Upacara Kemerdekaan, Pernikahan, Keagamaan, Dan Seluruh Aktifitas Manusia Butuh Iringan Musik. Namun Inilah Kondisi Dilematis MusikYang Dialami Oleh Musisi Indie Lokal Di Daerah”

Dunia industri musik Indonesia memang sangat menjadi sebuah trending topik sejak era 70-an. Seiring perubahan jaman, musik di Indonesia saat ini sangat berkembang dengan cepat. Secara umum, dikondisi kekinian budaya musik populer semakin berkembang dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Dimana, perkembangan ini berjalan selaras dengan perkembangan kebudayaan manusia. Hal ini ditandai dengan banyak bermunculannya grup band dan aliran-aliran musik baru di tanah air. Produksi musik sudah menjadi tujuan utama bagi para “anak band” atau yang sering kita kenal dengan musisi. Kemajuan industri musik Indonesia telah menjadi daya tarik bagi para anak bangsa sekarang ini. Tak heran bahwa banyak musisi dari berbagai daerah berlomba – lomba untuk masuk “dapur rekaman”.

Sebuah fenomena sosiologis yang sangat menarik, bahwasannya di Bangka Belitung memiliki banyak musisi indie lokal yang tersebar diberbagai daerah. Besarnya potensi minat dan bakat musik merupakan sebuah aset kekayaan daerah. Hal itu terlihat dari beberapa musisi asal daerah timah ini yang telah eksis di tingkat nasional bahkan internasional. Namun acapkali, hanya beberapa saja yang cukup eksis di pasar musik Indonesia,dan beberapa diantara musisi indie lokal Babel hanya terdiam tanpa ada yang mengajaknya berdiri.

Melaju pesat perkembangan industri musik Indonesia tak hanya menghasilkan sebuah kemajuan dari dunia hiburan entertaiment negeri ini. Namun disamping itu juga menghadirkan cerita baru tentang perjuangan musisi indie lokal yang berada diatas persaingan dunia hiburan serta pandangan masyarakat tentang musisiindie yang dikenal timpang sebelah. Persaingan di dunia musik menjadi suatu cerita baru yang dihadapi musisi indie lokal untuk mengekpos karyanya ke dunia hiburan Indonesia. Beratanya persaingan yang dihadapi seperti halnya ketidakberdayaan musisi ketika musisi yang tidak cukup memiliki modal ekonomi untuk berjuang kejenjang dunia hiburan yang lebih tinggi.

Dilemati-Sasi Musisi Indie Lokal Babel!

Menjadi sebuah realitas sosial, ketika permalasahan dalam bidang musik kurang diperhatikan dan diberdayakan karena stigma miring tentang musisi. Hal tersebut merupakan awal dari proses dilematis musisi indie lokal. Dilematisasi musisi indie lokal mulai menggejala kepelososok negeri ini, saat mulai bermunculannya perubahan cara pandang masyarakat terhadap pola gaya hidup mereka. Gaya hidup para musisi dipandang sebagai sebuah gaya hidup yang arogan dan selalu berdekataan dengan dunia narkotika, dan perilaku menyimpang serta persepsi masyarakat tentang perekonomian musik yang dikenal kurang mensejahterakan kehidupan. Anggapan kebanyakan masyarakat terhadap orientasi masa dean musisi menyebabkan kurangnya daya tarik pemikat untuk para musisi sehingga mereka terkucilkan dari dunianya. Dalam kondisi sebuah dilema musisi, musisiindie lokal di Bangka Belitung mulai harus siap terhadap adanya tantangan baru yang hadir dari dunia sosial.

Tantangan baru karena stigma miring dari masyarakat telah melahirkan permasalahan lainnya di dunia kalangan musisi, yaitu menjamahnya stigma miring terhadap musisi dari para pemimpin negeri. Terjebaknya pandangan para pemimpin negeri terhadap musisi indie lokal menyebabkan adanya pola hubungan yang kurang harmonis atau terjadi kesalahpahaman antara keduanya.Tak urung hal ini menjadi batu penghalang bagi musisi untuk memohon agar diberdayakan oleh negeri kelahirannya. Inilah sebuah dilema, ketika persepsi masyarakat terhadap dunia musik telah memenjarakan tindakan para pemangku kepentingan rakyat.

Seribu Saran Satu Tindakan

Dilema musisi lokal bukanlah menjadi cerita baru pada perkembangan musik Indonesia. Para musisi indie lokal melihat fakta, ketika mereka dipandang sebelah mata di kampung halaman sendiri dibandingmusisi dari luar (nasional) yang kerap diberikan tempat yang lebih baik oleh siapapun dan ini sangat disayangkan. Tidak bisa dipungkiri, bahwa memang ada beberapa program kebijakan terkait musik. Namun hal tersebut belum sejalan selaras dengan realitasnya.Diadakannya acara festival band, ataupun sejenisnya merupakan beribu saran yang hanya diadakan sepintas tanpa ada kelanjutan.

Inilah dilema abadi musisi, ada seribu saran untuk memebrdayakan musisi indie lokal namun diperlukan satu tindakan. Para petinggi negeri seharusnya memberikan ruang bagi musisi indie lokal agar kreatifitas musisi lebih bergairah dan bukan tidak mungkin suatu ketika kapasitas industri musik lokal akan terbangun baik. Seperti membentuk suatu wadah yang “pasti” terkait dengan pemberdayaan musisiindie lokal.Dengan membuat suatu wadah serta program keberlanjutan bagi para musisi lokal agar karya mereka mampu didendangkan keseluruh penjuru nusantara dan mampu mengintegrasikan musisi indie lokal Babel. Hal inilah yang akan menjadi aset kekayaan daerah suatu saat nanti di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung serta mampu mengangkat keeksistensian negeri ini di bidang seni musik.

(Diterbitkan di Media Cetak Babelpos Edisi Rabu, 23 Januari 2013 oleh Rifky Riswan Tanjung)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun