Di Rumah Budaya Tembi setiap bulan purnama (sudah berjalan ke delapan kali ini) selalu ada ada acara pembacaan puisi. Pada edisi ke 8 yang bertepatan dengan dengan Hari Senin Legi 7 Mei 2012 kali ini para guru-guru yang mendapat giliran untuk eksis dan menampilkan dirinya. :) Ada duabelas orang guru yang termuat dalam antologi “Membaca Puisi Mengenali Diri” yang antara lain : Bambang Edy Sulistiyana, Choen Supriyatmi, Cilik Tripaamungkas, Diah Agustin SAP, Mairina Mislamatul Umaroh, R. Purwantaka, Sri Suwarni Dirjo Suwarna, Sumarsih Hafis, Umi Kulsum, Weindarti, Yeti Islamawati, Siska Yuniati yang mencatatkan puisinya di antologi tersebut. Tetapi ternyata tidak ada batasan untuk mengirimkan puisi, terlihat dari puisi yang dikirmkan tersebut jumlahnya tidak sama . Ada yang mengirimkan dua puisi, tiga puisi bahkan ada yang empat puisi. (saya kurang tahu teknis pengirimannya). Tetapi hal tersebut tidak mengurangi nilai acara maupun antologi tersebut. Saya datang sedikit terlambat, ternyata sudah ada beberapa yang membacakan puisinya. Saya datang pas ketika Imam Budi Santosa (penyair senior yogya) yang sedang mengupas dan mengomentari antologi “Membaca Puisi Mengenali Diri” dan serta memberikan arahan dan kiat kiat dalam menulis puisi.
Jeng.. biarkan akumemanggilmu diajeng Karena engkau memang satu-satunya di dunia Milikku, cintaku yang langgeng
Sebuah puisi yang bercerita tentang tunawisma yang menghibur istrinya. Sebuah puisi yang pedih diungkapkan dengan cukup romantis. Oh ya, Tembi Rumah Budaya yang ada di Jl. Parangtritis Km 8.4 Timbulharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta, itu ternyata cakupan acaranyanya sangat beragam bisa disimak di www.tembi.net dan sekedar pemberitahuan, pada bulan Juni 2012 yang akan membacakan puisi dan tercantum dalam antologi sederhana ini adalah dosen. Mungkin bila ada dosen yang berkenan mengirimkan puisi dan membacakannya di Tembi bisa konfirmasi di Pak Ons Untoro sebagai Juru Kunci Tembi. He he Dan tulisan ini akan saya akhiri dengan bait pertama dari puisi "Mata Simbah" karangan Siska Yuniati:
disebalik mata simbah kutemukan kepingan sejarah bedebu, hampir tidak terjamah
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI