Mohon tunggu...
Riswandi
Riswandi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Menyemai Kisah, Menuai Hikmah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jaka Tarub Memburu Copet

28 Desember 2013   22:11 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:24 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Jaka Tarub menghentikan cangkulannya saat lamat-lamat mendengar jeritan minta tolong. Ia bergegas menyambar baju yang tersampir di pohon singkong. Tanpa memakai bajunya dan meninggalkan cangkulnya, Jaka Tarub berlari menyusuri jalan setapak ke arah datangnya suara. Ia mempercepat larinya saat jeritan itu terdengar makin jelas. “Jeritan itu dari sungai,” gumamnya sambil terus berlari.

Tiga menit kemudian, Jaka Tarub telah sampai di tepi sungai. Beberapa meter di sebelah kanannya, di sebuah batu besar, ia melihat tujuh wanita cantik. Jaka Tarub terkesiap. Mulutnya menganga. Ketujuh wanita itu begitu anggun. Tubuh mereka hanya dililit kain sebatas paha hingga dada dengan bahu terbuka.

“Tolong …! Copet!” Jaka Tarub tersentak dari lamunannya mendengar jeritan dari salah satu wanita itu. Dengan bergegas ia menghampiri ketujuh wanita itu.

“Maaf, Nona. Ada apa?” Ketujuh wanita itu memekik kaget melihat Jaka Tarub yang melangkah ke arah mereka. Ketujuh wanita itu saling pandang penuh arti, lalu terkikik bersamaan. Jaka Tarub segera menyadari keadaannya. Ia kemudian mengenakan baju yang ditentengnya sejak tadi.

“Maaf, Nona-nona. Tadi ada yang teriak minta tolong. Ada apakah gerangan?” Jaka Tarub mengulang pertanyaannya dan melangkah semakin dekat pada ketujuh wanita itu. Aroma wangi menggelitik hidung Jaka Tarub. Ia terpana pada paras wanita-wanita itu. Rambut mereka yang hitam panjang dibiarkan tergerai.

“Copet. Tadi ada copet.” Seru tiga orang di antara mereka serempak.

Dahi Jaka Tarub mengernyit. Mana mungkin ada copet di tempat seperti ini, pikirnya. “Copet? Ah, mana ada copet di tempat sepi ini Nona? Apa yang dicopet?”

Salah satu dari wanita itu berkata, “Tadi, kami sedang mencuci pakaian dan selendang. Tiba-tiba copet itu datang menyambar salah satu pakaian yang sedang saya cuci. Ia datang tiba-tiba, meloncat dari balik batu itu.” Wanita itu menunjuk ke arah batu besar di sebelah kirinya.

“Apa yang diambilnya? Lalu, ke arah mana ia pergi?” Jaka Tarub semakin penasaran. Ia tidak menyangka jika di tempat sesepi itu ada copet berkeliaran.

“Ia mengambil …,” kata wanita itu lirih, “BH-ku.” Wajahnya bersemu merah.

“Setelah mengambil, ia melompat ke arah pepohonan itu,” kata salah seorang lagi sambil menunjuk ke arah pepohonan.

“Nah, itu dia copetnya!” Seru wanita lainnya sambil menunjuk ke sebuah pohon yang cukup besar.

Jaka Tarub mengikuti arah yang ditunjuk. Di sana, di dahan pohon yang cukup tinggi, seekor monyet sedang duduk sambil memegang dan memainkan sebuah benda kecil berwarna pink.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun