Jingga padam kala senja diminta sang pencipta untuk pulang. Ada yang sibuk berdiskusi dengan diri sendiri. Membangun relasi antara alunan instrumen kendaraan yang geram akan kemacetan, dan lagu-lagu kesukaan yang menjalar lewat petikan gitar musisi jalanan. Gemanya lantang keluar masuk telinga sembarangan
Di pinggiran kota urban, anak-anak manusia sedang tenggelam dalam khayalan, dan tertunduk pada pelarian. Dibuai oleh keramaian seraya hati yang pecah belah beradu saling meneriaki kekosongan, kesepian, dan kehampaan. Lelah katanya, Ingin menyerah, ingin rebah saja di tempat persemayaman yang indah.
Ia pun ingin pulang kala waktu petang telah datang, menghilang dan menepi sejenak dari kerumunan orang yang sedang bersenang-senang. Di dalam ruangan kelam dengan cahaya lilin remang-remang, ia mulai berbaring tenang. Membiarkan kenangan itu hilang dan tenggelam di pelupuk netra dalam air yang tengah menggenang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H