Pukul 7.18 pagi hari Kamis,
Ia sudah duduk diatas alas yang setiap waktu menanggung bebannya.
Â
Diantara kedua jendelanya mengalir bait puisi,
dari kekasih yang bahkan Ia tidak tahu asal usulnya.
Pilu yang Ia redam hingga membiru,
ditambah puisi yang seolah berubah menjadi cermin dengan tajam di ujung patahannya,
membuat dadanya memar lagi dan sekali lagi.
Â
Gelas kopi yang hangat dalam peluk jemarinya,
menyisakan ampas yang menunggu dicuci dengan air mata.
Â
Ciri-ciri perempuan yang kucari-cari adalah yang gampang berduka.
Begitu kata kekasihnya.
Perempuan itu, kembali jatuh dalam cinta.
Â
Ia merenggut kain di tengah dadanya karena tak kuat merasakan sesak yang berlomba membuat jantungnya menjadi dua.
Â
Ketika jantungnya benar-benar menjadi dua kelak,
akan Ia hadiahkan pada dua kekasihnya.
Â
Satu di masa lalu, dan satu di masa depan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI