Kereta Api Penumpang Indonesia yang selama ini dikelola oleh PT. KAI menunjukkan peningkatan volume pemakai jasa moda tersebut. Â Penumpang Kereta Api yang didominasi oleh para pekerja dan mahasiswa menjadi alternatif moda untuk menghindari macet dan keruwetan jalan raya yang semakin padat.
Dengan dasar pemikiran tersebut dalam menjual jasa pihak PT. KAI Â mulai mencoba pelayanan dengan standart Maskapai Penerbangan Garuda.
Penertipan penumpang sudah mulai digalakkan disetiap Stasiun Kereta Api dengan pembatasan jumlah penumpang berdiri dengan pembelian tiket secara online sehingga tiap tiket mencantumkan nomer duduknya masing-masing, tapi sayangnya untuk senyum dan sapa dalam pelayanan penjualan tiket di stasiun-stasiun itu tidak ada.
Kebersihan di Kereta dan Stasiun KA dapat dilihat dengan ditempatkannya office boy tanpa terkecuali kereta ekonomi pun juga ada.
Keamanan mulai diperhatikan oleh PT.KAI dengan ditambahnya jumlah security di setiap stasiun dan ditempatkannya security disetiap kereta api ekonomi yang selama ini memang rawan kejahatan terutama pencopetan.
PT. KAI ditahun 2013 mulai menaikkan harga tiket, tapi apa itu akan mengurangi secara statistik ngaretnya jadwal kereta api yang sudah menjadi rahasia umum ???
Dari segi penertipan penumpang, kebersihan dan keamanan sudah dapat dirasakan pemakai jasa tapi dari segi ketepatan waktu jadwal kereta benar-benar jauh dari sempurna, dalam satu hari pasti ada kereta api yang terlambat maka dalam satu minggu sudah berapa kereta api yang  jadwalnya mundur beberapa jam baik itu kedatangan maupun keberangkatan.
Harga tiket mulai dinaikkan dan apabila benar PT. KAI menggunakan standart pelayanan seperti Maskapai Penerbangan Garuda setidaknya ada pelayanan timbal balik, apabila mengalami keterlambatan sekian jam apa yang didapat oleh pemakai jasa, kompensasi apa yang diterima ???
Dan lagi pula ada penggolongan atau pengelompokan jenis stasiun kereta api, ada stasiun hanya untuk kereta bisnis dan eksekutif saja (katakan itu stasiun A), jadi pengguna jasa kereta ekonomi yang banyak turun/naik di stasiun A harus bergonta ganti moda lain. Padahal ditinjau dari volume penumpang, Â stasiun A dibandingkan dengan stasiun lainnya volume penumpang stasiun A lebih banyak, bagi penumpang ini menjadi hal yang tidak praktis dan efisien. Pengguna jasa kereta api bisa berkurang karena beralih ke moda lain.
Kereta Api sudah ngaret masih perlu ganti-ganti moda untuk sampai di stasiun/tempat pengguna jasa beraktifitas dan bagi para pengguna jasa kereta api berapa waktu dan biaya lagi yang ditambahkan untuk sampai ditujuan ( tinggal dikalkulasikan ).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H