Mohon tunggu...
Niafitri
Niafitri Mohon Tunggu... Administrasi - just want to write

... just want to write ...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Menjadi PT. Odong-Odong Ekspress

26 Februari 2013   16:17 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:39 994
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13618947421828170918

Kepada Yth, Dirut PT. KAI Bpk Ignasius Jonan Dengan Hormat, Maaf sebelumnya apabila PT.KAI disebut menjadi PT. Odong-Odong Ekspress, karena ini adalah akumulasi dari keluhan-keluhan yang menumpuk dari para pemakai jasa kereta api yang sering disampaikan tapi sering pula sebagai angin lalu. Yaitu dimana perubahan sistem pelayanan PT. KAI yang semakin kaku dan tidak luwes, mengingat pihak kereta api sendiri sering terlambat, petugas yang tidak profesional ditambah lagi sangat kurang bertanggung jawab. Kami sampaikan demikian  karena :

  1. Konsumen kereta pernah membeli empat (4) tiket untuk empat orang dengan cara pembelian pagi hari untuk kereta malam hari, tetapi yang dipakai adalah  tiga tiket karena satu orang berhalangan hadir. Pada saat pemeriksaan tiket oleh kondektur kereta, salah satu tiket yang tidak terpakai tersebut dia robek, itu maksudnya apa ? pemakai jasa sudah bayar tiket untuk empat orang, bukan tiga orang.
  2. Saat melakukan pembelian tiket di loket ada Ibu-Ibu, ya mungkin dari kampung jadi bertanya berulang-ulang yang mungkin kurang faham dengan peraturan baru kereta api yang sistem penjualan tiket Online, tiket cepat habis, dan harus menyertakan KTP. Petugas Loket melayani dengan nada keras karena jengkel karena Ibu tersebut tidak mudeng-mudeng dan menekankan jarinya pada form pembelian dengan mata melotot pula. Kantor Pajak Saja lebih welcome padahal rakyat wajib bayar pajak tapi sistem pelayanan Kantor Pajak hampir mendekati palayana customer service Bank. Apalagi PT.KAI/PT.Odong-Odong Ekspress yang Nota Banenya Perusahaan Jasa dan Perusahaan Publik harusnya dalam segi Pelayanan lebih baik dari Kantor Pajak.
  3. Security banyak ditempatkan dimana-mana stasiun, pertanyaannya fungsi mereka apa ? menjaga keamanan apa sebagai preman berseragam ? kenapa demikian ? karena mereka kasar.
  4. Semakin Ketatnya kereta api bukan semakin baik dalam service ke customer, Kereta malah semakin terlambat, tidak ontime baik untuk pemberangkatan maupun kedatangan. Ditambah pula sudah terlambat, Pengumumannya tidak disampaikan kepada pemakai jasa, dan inisiatif itu ada setelah pemakai jasa bertanya.
  5. Beberapa Bulan terakhir ini Kereta Api terutama di Daop 8, Kereta Api Ekonomi sering terlambat dan itu tidak tanggung-tanggung bisa sampai 3-4 jam terlambat dengan alasan keterbatasan lokomotif, tapi sebelumnya petugas kereta api ditanya terutama peci merah jawabnya tidak tahu.
  6. Khususnya untuk PT. KAI Daop 8 Surabaya, untuk Stasiun Gubeng. Kenapa di Stasiun Gubeng Lama dikhususkan penumpang KA Ekonomi dan Gubeng Baru untuk penumpang KA Eksekutif, kesimpulannya jadi seperti ada Blok-Blok si kaya dan si miskin padahal Negara kita Adalah Negara Pancasialis. Apa perlu ada pelatihan untuk pembelajaran ulang dari Ketetapan MPR no. II/MPR/1978 tentang Ekaprasetia Pancakarsa menjabarkan kelima asas dalam Pancasila menjadi 36 butir pengamalan sebagai pedoman praktis bagi pelaksanaan Pancasila ? dan apabila ada blok-blok pasti dalam segi pelayanan ada perbedaan.
  7. Tolong Kepada Yang  Terhormat Dirut PT. KAI, Bpk Ignasius Jonan untuk sidak kelapangan, spontan saja, tanpa adanya protokoler, tanpa adanya oknum-oknum yang bisa berkesempakan untuk memelintir realita lapangan yang sebenarnya.

Demikian Rangkuman dari uneg-uneg pemakai jasa kereta Api secara garis besar, dan terima kasih apabila diperhatikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun