Permasalahan yang muncul ketika melakukan observasi di SMK Al Farizi Bantarujeg, bahwa guru telah menerapkan soal HOTS pada pembelajaran biologi. Namun, masih terdapat siswa yang kesulitan mengerjakan soal HOTS baik itu pada level menganalisis, mengevaluasi dan mencipta. Hal itu disebabkan karena siswa kurang memahami terhadap soal HOTS tesebut.
Rendahnya kemampuan berpikir kreatif siswa dalam mengerjakan soal HOTS (Higher Order Thinking Skills) antara lain disebabkan oleh metode pembelajaran yang digunakan guru kurang memenuhi kebutuhan siswa. Hal tersebut disebabkan guru terlalu nyaman dengan metode pembelajaran konvensional, artinya guru terlalu banyak menggunakan metode ceramah sehingga siswa menjadi mengantuk di kelas pada jam siang/jam terakhir. Guru kurang termotivasi untuk mencoba menggunakan metode belajar yang baru dan sesuai dengan kebutuhan siswa. Akhirnya metode yang digunakan tidak tepat sehingga siswa merasa kurang nyaman ketika pembelajaran.
Berdasarkan hasil observasi awal dengan penilaian pre-test diperoleh rata-rata hasil belajar kognitif siswa sebesar 67,95. Dari perolehan nilai tersebut siswa belum memenuhi kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran (KKTP) biologi yaitu 75.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, perlu adanya upaya dari guru untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam mengerjakan soal HOTS. Begitupun guru harus dapat menunjang kemampuan daya pikir siswa. Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk memecahkan permasalahan di atas, yaitu dengan menerapkan pembelajaran yang efektif dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa mengerjakan soal HOTS (Higher Order Thinking Skills). Â Hal tersebut dilakukan agar dapat mencetak generasi bangsa yang sesuai dengan tututan abad 21. Salah satu pola pembelajaran yang dapat digunakan adalah penerapan pembelajaran Inquiry TerbimbingÂ
Model pembelajaran inquiry learning adalah kegiatan belajar yang menekankan pada pengembangan keterampilan penyelidikan dan kebiasaan berpikir yang memungkinkan peserta didik untuk melanjutkan pencarian pengetahuan.
Metode ini memberikan kesempatan kepada peserta didik dalam penyelidikan sebuah masalah. Sementara bagi pengajar, inquiry based-learning adalah seraingkaian proses yang menggerakkan siswa dalam menemukan jawaban atas rasa keingintahuannya melalui pemikiran kritis.
Prinsip-prinsip penggunaan model inkuiri terbimbing tersebut harus dipahami dan dilaksanakan oleh seorang guru, agar proses pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri terbimbing dapat berjalan dengan baik untuk mendapatkan hasil yang memuaskan yaitu menciptakan suatu pembelajaran yang menyenangkan dan berorientasi kepada siswa yang mampu berfikir kritis, kreatif dan aktif dalam proses belajar mengajar (Hartono, 2013: 156).
PEMBAHASAN
Siklus 2
Perencanaan yang dilakukan pada siklus 2 yakni menyusun perangkat pembelajaran, merencanakan tujuan pembelajaran, menyiapkan alat dan bahan ajar serta instrument penelitian yang meliputi evaluasi akhir tindakan, lembar observasi kegiatan guru dan siswa, dengan tujuan meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam mata pelajaran pencemaran lingkungan. Pada kegiatan pembelajaran masih ada peserta didik yang tidak memperhatikan penjelasan guru dan asyik bermain dengan teman sebangku sehingga menggangu teman yang lain. Hal ini berakibat kurangnya konsentrasi teman yang lain dalam kegiatan pembelajaran. Pelaporan hasil atau presentasi masih ada beberapa siswa kurang berani mengeluarkan pendapat sehingga untuk mengatasi hal ini guru harus selalu memberi semangat agar dapat membangkitkan keberanian siswa.
Sebagaimana telah dipaparkan dalam pembahasan hasil siklus 2 di atas diketahui bahwa dalam penelitian ini meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa ditunjukkan dengan meningkatnya rata-rata nilai hasil belajar siswa pada setiap siklus. Peningkatan hasil belajar siswa telah terlihat pada siklus 2. Tindakan yang dilaksanakan yaitu dengan menggunakan model pembelajaran Inquiry Terbimbing. Dengan penggunaan model pembelajaran Inquiry Terbimbing siswa terlibat langsung dalam proses belajar mengajar, siswa dapat berfikir kreatif dalam merumuskan masalah sehingga siswa berperan aktif dalam pembelajaran untuk memahami dan mengembangkan keterampilan intelektualnya. Model pembelajaran Inquiry Terbimbing merupakan salah satu model pembelajaran yang menuntut aktivitas mental siswa untuk memahami suatu konsep pembelajaran melalui situasi dan masalah yang di sajikan pada awal pembelajaran dengan tujuan untuk melatih siswa menyelesaikan masalah dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah (Utomo, 2014 ). Inquiry Terbimbing di padukan dengan media pembelajaran berupa audio visual, yaitu power point dan video pembelajaran dalam penyampaian materi untuk menarik perhatian dan minat siswa pada proses pembelajaran di kelas. Sehingga siswa dapat memahami materi ajar dan bisa menjawab tugas-tugas yang di berikan ketika proses pembelajaran berlangsung yang di sampaikan sehingga berdampak baik terhadap hasil belajar siswa tersebut.