Senin, 9 April, kali pertama upacara bendera yang kuikuti setelah sepekan berada di sekolah penempatan SDN 2 Banjar Ratu Kecamatan Gunung Labuhan Kab Way Kanan, Lampung. Memang tak semewah pelaksanaan upacara bendera di sekolah-sekolah unggulan di kota besar. Tak ada iringan alat musik untuk menyanyikan lagu wajib, bahkan pengeras suara untuk Pembina upacara pun tak ada. Desa ini memang belum terjamah listrik.
Satu-satunya yang paling mewah kulihat adalah map kuning untuk teks UUD 1945, Pancasila dan susunan acara. Bahkan Merah Putih, bendera kebanggaan bangsa ini pun sudah sangat usang. Tiang bendera hasil sambungan dari bambu dan sepotong besi, berdiri tegak di tengah lapangan setengah berlumpur. Kami tak butuh pengkilat sepatu, cukup dengan lumpur, sepatu kami jadi berwarna.
Ah…negeri sejuta impian, negeri beribu mimpi dan janji yang terus dikobarkan oleh pemimpin di gedung mewah di Ibu Kota Republik ini. Sangat ironi, ternyata di pelosok negeriku, di sini , di desa ini, anak-anak dengan semangat mengikuti upacara sakral, upacara untuk mengenang dan menghargai jasa para pahlawan. Tanpa alas kaki, tanpa pengeras suara dengan petugas pelaksana upacara seadanya. Mereka tak malu, sama sekali tidak. Bagi mereka, dapat melaksanakan upacara setiap hari senin merupakan kebanggaan tersendiri.
Lagu kebangsaan Indonesia Raya dinyanyikan dengan penuh hikmat mengiringi setiap geretan bendera menuju puncak untuk tetap berkibar. Ya, Merah Putih masih berkibar di sini. Di pelosok negeri yang jaraknya kurang lebih 57km dari ibu kota kabupaten, yang hanya dapat dijangkau dengan ojek. Di sebuah sekolah yang hanya memiliki 4 ruang kelas.
Hari ini,Aku masih bangga berdiri tegak bersama mereka di tengah lapangan sekolah. Hormat pada merah putih yang terus berkibar menuju puncak. Meski di tengah keterbatasan, ada semangat yang tak pernah padam dari mereka untuk menyongsong masa depan yang lebih baik. Semangat yang terus berkobar, bak kibaran Merah Putih. Mereka sama sekali tak peduli dengan janji palsu yang terus di gobarkan oleh elite politik negeri ini. Yang mereka banggakan adalah kibaran Merah putih. Sekali lagi , Merah Putih masih berkibar di sini, di tengah keterbatasan.
*sebuah refleksi, adakah sedikit harapan menjadi lebih baik untuk mereka di pelosok negeri ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H