Mohon tunggu...
Risti Irawan
Risti Irawan Mohon Tunggu... -

Seorang Ibu, Head Education di Sekolah Musik Indonesia, Pecinta Kucing.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Partitur Musik Tidak Ada, Tidak Jadi Main

7 November 2013   13:19 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:29 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Dimulai dari siang hari ini, ketika saya mewawancarai salah satu calon murid. Calon murid ini sudah belajar piano selama 9 tahun, dan sudah lulus ABRSM atau sering disebut "Royal" Grade 3. Bahkan ia sudah pernah menjadi juara di ajang kompetisi piano lokal.

Namun Papanya bercerita, sering kali ia penasaran apakah anaknya benar-benar mengalami kemajuan di piano atau tidak, lantas kemudian ia meminta anaknya untuk memainkan lagu secara spontan, tapi si anak tidak percaya diri dan akhirnya tidak dapat memainkan apa-apa karena tidak membawa partitur (tulisan not balok) musik sama sekali. Timbullah pertanyaan di benak papanya, "Beneran nggak sih anakku bisa main piano? Kok tiap disuruh main piano nggak ada bukunya, dia nggak bisa?".

Bertanyalah si Papa kepada guru lesnya saat itu, "kok seperti itu?". Jawaban yang diajukan oleh guru lesnya adalah, "ya memang begitu.". Si Papa pun semakin heran dan heran, apakah benar belajar piano seperti itu? Karena si Papa ini tidak mengerti dunia musik, ia justru terdorong untuk mencari benar atau tidaknya hal itu, sehingga bertemulah kami :)

Tulisan ini dimaksudkan sebagai teguran untuk guru-guru piano yang HANYA mengajarkan bermain dengan membaca ("play by sight"). Meski si anak lulus ABRSM dan menang kompetisi piano, tapi si anak hanya akan menjadi seperti robot pembaca. Kenapa? Karena musikalitas si anak dihambat dan hanya disalurkan dengan etude dan pieces yang menjadi target akhir. Kenikmatan bermain piano dengan "play by ear" menjadi sesuatu yang asing dan sulit bahkan tidak dikenal oleh si murid maupun si orang tua. Hasilnya ketika partitur musik tidak ada, tidak jadi main piano. Bisa pun, partiturnya harus dihafal dulu.

Jangan-jangan, memang gurunya yang tidak bisa bermain tanpa membaca, kemudian diturunkan pada murid-muridnya. Bukan serangan atau tuduhan, Bapak/Ibu Guru, tapi saya juga adalah anak yang dulunya menjadi murid dari guru piano yang MELARANG bermain piano TANPA membaca (mendengarkan dulu saja tidak boleh). Alhasil, secara tidak langsung, sejak usia 3 tahun saya diajar untuk menutup telinga saya dan membuka mata saya terhadap musik. Pertanyaannya, media utama musik itu apa? Melalui panca indera yang mana kita bisa menikmati musik?

- Risti Irawan, S.Mus. -

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun