Mohon tunggu...
Aristia PM
Aristia PM Mohon Tunggu... Guru - Hanya seorang guru yang belajar nulis

Skenario terbaik berasal dari takdir Sang Pencipta

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Lorosae | Bab 1 | Selamat Datang di Lorosae

3 Januari 2019   05:01 Diperbarui: 3 Januari 2019   06:49 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari balik jendela, aku takjub menatap pemandangan di bawahku. Sebuah gunung biru yang dikelilingi awan. Kurasa, itu Rinjani. Aku mendengar beberapa orang menyebutnya begitu. Gunung biru itu menyembul diantara awan-awan putih yang bergerak manja. 

Aku tak tahu kalau Gunung Rinjani termasuk gunung tertinggi se-Indonesia setelah Cartenz di Puncak Jaya, Papua. Aku terpana, mengucapkan maa syaa Allah, lalu Rinjani pun menghilang. Tinggal awan-awan putih seperti kapas beterbangan yang menyapaku dari bawah. 

Beberapa saat kemudian pesawat mulai merendah. Kulihat putihnya jalan-jalan setapak dan gersangnya pulau-pulau kecil yang dikelilingi laut berwarna hijau kebiruan. Beberapa diantaranya berpasir merah jambu. 

Sejenak membuatku kagum tentang betapa menakjubkannya ciptaan Ilahi sekaligus ragu. Akankah aku bisa bertahan di tanah gersang begini selama setahun ke depan? Ah, tidak. Aku berusaha berbaik sangka dengan takdir Tuhanku. 

Alhamdulillah aku melihat beberapa pepohonan hijau saat pesawat menyentuh landasan. Tepat pukul 10 di jam tanganku, pesawat mendarat di bandara kecil di Pulau Timor ini. Bandara El Tari, Kupang. 

Setelah turun pesawat, aku dan teman-temanku, serta beberapa dosen pengantar menunggu di bagian pengambilan barang sambil menyesuaikan jam tangan kami yang lambat 1 jam dari jam bandara. 

Beberapa dosen pengantar terlihat sibuk dengan telepon genggamnya. Entah siapa yang mereka hubungi. Aku dan teman-temanku berkumpul dengan teman sejurusan. Kami masih malu berbaur dengan jurusan lain, padahal satu kampus. Kemana-mana selalu pergi bersama. Bahkan ke toilet sekalipun!

Aku dan keenam temanku, para calon guru kimia telah lolos mengikuti seleksi guru yang akan mengajar di daerah terpencil. Terdiri dari 2 orang perempuan dan 4 orang laki-laki.  Total guru yang diterjunkan dari kampus kami saat itu hanya 29 orang saja. Tergabung dari beberapa jurusan. 

Sekira pukul 16.00 WITA ada 2 bus Damri kecil menjemput kami. Di pulau kecil ini ada Damri lho.. Bus tua dengan knalpot berasap hitam. 

Satu per satu dari kami menaiki Damri dan memilih tempat duduk. Aku memilih duduk dekat jendela. Ini tempat favoritku, beda dua kursi dari pintu belakang. Aku mencari pemandangan hijau dari balik jendela. Hmm.. Ahh.. Aku menghirup sejuknya udara sore. Musim hujan rupanya. Banyak pohon menghijau di jalanan. 

Kami kelelahan. Ditemani hujan, bus Damri melaju santai. Jalanan sangat lengang, tapi supir bus tak tergoda tuk jadi setan jalanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun