Catatan: tulisan ini merupakan lanjutan dari tulisan-tulisan sebelumnya tentang saringan keramik, akan tetapi lebih menampilkan sisi sejarah dan hasil riset serta rancangan teknisnya, yang akan dimuat secara bertahap dalam beberapa tulisan. Tulisan terkait sebelumnya dapat dibaca pada link berikut:
http://teknologi.kompasiana.com/2009/12/05/keramik-yang-mengubah-nasib-1/
http://teknologi.kompasiana.com/2009/12/05/keramik-yang-mengubah-nasib-2/
http://teknologi.kompasiana.com/2009/12/05/keramik-yang-mengubah-nasib-3/
http://teknologi.kompasiana.com/2009/12/05/keramik-yang-mengubah-nasib-4/
http://teknologi.kompasiana.com/2009/11/21/adakah-pilihan-lain-selain-air-minum-dalam-kemasan/
Saringan keramik sudah digunakan orang sejak lama. Pada tahun 1815 seorang perajin keramik di Inggeris benama John Doulton bekerjasama dengan Martha Jones, yang mendapat warisan dari suaminya pabrik keramik di Vauxhall Walk, Lambeth di tepi sungai Thames, membuat banyak produk keramik seperti pot dan peralatan rumah tangga. Adalah Henry Doulton, sang anak , yang membawa tradisi keramik Lambeth pada titik puncak keberhasilannya. Pada tahun 1827, Henry membuat saringan keramik yang bisa menghilangkan bakteri dari air. Pada saat itu sungai Thames di Inggeris tercemar berat oleh air limbah buangan rumah tangga, yang menyebabkan wabah kolera dan tiphus. Saringan air buatan Doulton yang pertama menggunakan berbagai macam bahan tanah liat. Pada saat Ratu Victoria naik takhta, Doulton sudah berhasil membuat pabrik keramik yang tidak ada saingannya di daratan Eropa. Pada tahun 1835, Ratu Victoria menyadari bahaya tercemarnya air minum terhadap kesehatan dan memerintahkan Doultonuntuk memproduksi saringan air untuk keluarga kerajaan.
Doulton menciptakan saringan keramik yang dikombinasikan dengan pot keramik buatan tangan yang artistik. Pada tahun 1862, Henry Doulton menambahkan karbon mangan dalam saringannya, pada tahun yang sama Louis Pasteur melakukan percobaan atas pertumbuhan bakteri yang membuktikan bahwa bakteri tidak tumbuh dengan sendirinya. Hasil riset Pasteur membantu Doulton menciptakan keramik yang dapat menyaring dan menghilangkan bakteri dengan efisiensi lebih tinggi dari 99%. Pada saat ini saringan keramik Doulton dipasarkan di lebih dari 150 negara dengan nama British Berkefeld.
Dalam perkembangannya, saringan keramik tidak lagi digunakan secara popular sebagai penyedia air minum skala rumah tangga, mengingat bahwa sistem penyediaan air melalui perpipaan sudah mulai berkembang sebagai cara pelayanan yang dianggap lebih efisien. Akan tetapi beberapa tahun terakhir ini, di beberapa negara berkembang di Asia, Afrika dan Amerika Latin, saringan keramik mulai dilirik lagi sebagai alternatif penyediaan air skala rumah tangga yang murah dan sehat. Potter for Peace (PfP) sebuah lembaga nirlaba dari Amerika Serikat, mempopulerkan penggunaan saringan keramik sebagai sarana yang efektif untuk mengurangi angka kejadian penyakit akibat air (water-borne diseases), yang masih banyak terdapat di negara-negara berkembang. Sejak 1998, lembaga ini telah mengembangkan teknologi tepat guna saringan keramik dengan menggunakan lapisan koloid perak, yang secara efektif bisa menghilangkan bakteri penyebab penyakit sampai 99,88%. Penggunaan saringan keramik telah dimasukkan dalam buku panduan PBB tentang teknologi tepat guna dan digunakan oleh Palang Merah Internasional danorganisasi Doctors Without Borders, sebuah organisasi kemanusiaan yang mendapatkan hadiah Nobel. Tujuan utama program penggunaan saringan keramik, menurut PfP adalah untuk membantu pemenuhan kebutuhan air minum yang aman bagi masyarakat perdesaan dan kaum marjinal, sekaligus membuka lapangan kerja bagi industri keramik setempat.
Saringan terdiri dari unit keramik berpori yang ditempatkan pada tabung penampung dari plastik atau tabung keramik dengan volume 20 liter yang dilengkapi keran. Unit saringan dilapisi larutan perak koloid sebagai desinfektan. Saringan memiliki kapasitas penyaringan sekitar 1 sampai 1,75 liter per jam. Saringan keramik telah diuji coba di lebih dari sepuluh negara di empat benua. Teknologi ini terbukti secara efektif menghilangkan bakteri koli, parasit, amuba dan vibrio kolera dari air. Teknologi ini telah dicoba dan dikembangkan di berbagai negara berkembang seperti di Guatemala, Ekuador, Peru, Nikaragua, El Salvador, Honduras, Kuba, Haiti, Meksiko, Pantai Gading, India, Nepal, Vietnam, Kamboja dan secara terbatas, di Indonesia, yang mulai dirintis oleh penulis dan beberapa fihak lainnya.
Foto-foto: http://www.purewatergazette.net/doultonhistory.htm