[caption id="" align="alignleft" width="168" caption="Foto: Potter for Peace"][/caption]
Potter for Peace (PfP), sebuah organisasi nirlaba dari AS yang mempromosikan penggunaan saringan keramik untuk pengolahan rumah tangga, adalah satu diantara organisasi yang secara intensif melakukan studi tentang aplikasi saringan keramik di negara berkembang, terutama di Amerika Latin. Sejak tahun 1998, PfP telah mengembangkan saringan keramik yang dilapisi perak koloid, yang murah dan tepat guna. Pengalaman lapangan dan percobaan di laboratorium menunjukkan bahwa saringan ini secara efektif telah menghilangkan 99,88% hampir semua penyebab penyakit yang ditularkan melalui air. Menurut PfP, saringan ini telah dijadikan referensi oleh Appropriate Technology Handbook dari PBB, dan digunakan oleh Palang Merah Internasional dan Doctor Without Border, sebuah organisasi penyelamatan kesehatan yang telah mendapat hadiah Nobel.
Tujuan utama dari program saringan keramik dari PfP adalah untuk membantu memenuhi kebutuhan mendesak akan air yang aman bagi masyarakat di perdesaan dan yang terpinggirkan, selain juga membuka lapangan kerja bagi para perajin keramik setempat. Saringan keramik PfP diproduksi di pabriknya di Managua, Nikaragua. Saringan Keramik yang diproduksi di Kamboja dan Filtron di Nikaragua juga dibuat berdasarkan rancangan dari PfP ini. Hal ini menarik minat banyak peneliti sebagai bahan untuk membuat tesis dan disertasi. Banyak studi yang difokuskan pada penyelidikan efektifitas saringan dalam menghilangkan bakteri.
Yayasan PRACTICA, sebuah organisasi nirlaba yang berbasis di Belanda, mengembangkan saringan keramik sebagai bagian dari misinya untuk mengentaskan kemiskinan melalui diseminasi pengalaman dan pengembangan, dan pengenalan teknologi air dan energi tepat guna dan jasa, sebagai cara untuk memberikan kontribusi pencapaian MDG. Yayasan ini menemukan bahwa saringan keramik tidak dapat menghilangkan arsenik, florida, besi dan pestisida. Air tanah dalam umumnya dianggap aman secara bakteriologis. Dalam hal dimana air tanah tercemar oleh arsenik, florida atau besi, PRACTICA menyarankan masyarakat untuk beralih menggunakan air permukaan yang dikombinasikan dengan saringan keramik untuk menghilangkan kontaminasi karena bakteri. Sarana untuk memproduksi saringan dari PRACTICA telah dibangun di Kamboja, Nikaragua, Ghana, Sri Lanka, El Salvador dan Myanmar.
Di Kamboja, saringan keramik dikembangkan oleh dua lembaga nirlaba setempat, yaitu RDI (Research Development International) dan IDE (International Development Enterprise). Saat ini ada tiga pabrik pembuat saringan keramik dengan produksi sekitar 5500 unit perbulan, yang langsung dipasarkan kepada konsumen melalui LSM setempat, atau dijual secara eceran. WSP (Water and Sanitation Program) dan UNICEF melakukan penelitian terhadap 25% dari 2000 rumah tangga di 13 kampung yang sudah menggunakan saringan keramik selama 4 tahun. Hasinya memperlihatkan bahwa kasus diare turun sebanyak 50% dibandingkan dengan rumah tangga tanpa saringan. Saringan keramik terbukti bisa mengurangi bakteri koli sampai 99,99%.
Di Kamboja, saringan keramik dibuat dari keramik berpori dengan ukuran poripori 0,2 mikron. Kecepatan penyaringan sekitar 1-3 liter per jam. Air yang sudah tersaring menjadi lebih dingin karena proses evaportranspirasi. Air yang dihasilkan tidak berbau dan tidak berasa seperti halnya apabila menggunakan klorin. Saringan keramik tidak memerlukan energi sebagaimana apabila menggunakan sinar ultraviolet. Juga tidak memerlukan bahan kimia (seperti klorin) atau bahan yang perlu diganti (misalnya media pasir). Saringan keramik, apabila tidak retak atau pecah, bisa berfungsi baik selama lima tahun lebih, meskipun disarankan untuk diganti setiap satu atau dua tahun. Saringan dibersihkan dengan cara pembersihan bagian dalam keramik secara berkala untuk menghilangkan endapan yang akan mengurangi kecepatan saringan.
Hasil penelitian dan riset serta aplikasinya sebagaimana diuraikan dalam tulisan-tulisan terdahulu telah mendorong penulis untuk melakukan uji coba pembuatan saringan keramik di Indonesia, dengan menggunakan bahan baku dan tenaga kerja yang melimpah ruah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H