Mohon tunggu...
Ris Sukarma
Ris Sukarma Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pensiunan PNS

Pensiunan pegawai negeri, sekarang aktif dalam pengembangan teknologi tepat guna pengolahan air minum skala rumah tangga, membuat buku dan fotografi. Ingin berbagi dengan siapa saja dari berbagai profesi dan lintas generasi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Buffer Zone

20 Januari 2010   15:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:21 5306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_57772" align="alignleft" width="136" caption="www.bufferzone.com.au"][/caption]

Dalam merencanakan kota atau kawasan, adanya buffer zone atau kawasan penyangga merupakan suatu hal yang mutlak diperlukan. Buffer zone adalah lahan yang tidak dibangun dan dibiarkan sebagaimana aslinya, misalnya rawa, danau, tanah lapang, semak atau hutan belukar sekalipun. Kawasan penyangga ini dipertahankan sebagaimana aslinya untuk memelihara keseimbangan ekologi dan menjadi paru-paru kota, sehingga racun CO maupun buangan CO2 hasil pembakaran kendaraan bermotor dan asap industri bisa terserap dalam kawasan penyangga dan dengan proses fotosintesa diubah menjadi oksigen yang diperlukan oleh kehidupan. Kawasan penyangga juga bisa dijadikan tempat singgah limpahan air hujan sehingga pada saat musim hujan, kelebihan air bisa terserap oleh lahan pada kawasan penyangga, sehingga banjir bisa dikurangi. Kawasan penyangga di tepi pantai berupa rawa-rawa dapat berfungsi meredam ombak dan terjangan tsunami sehingga kerusakan yang diakibatkannya tidak akan terlalu parah.

Kota-kota yang dirancang dengan baik, seperti Adelaide di Australia, memiliki kawasan penyangga yang sangat luas. Pusat kota Adelaide berupa kawasan bisnis berbentuk segi empat yang tidak terlalu luas, sehingga kota ini juga disebut the ten minutes city, kota yang dapat dikelilingi dengan mobil hanya dalam waktu 10 menit saja. Diluar itu terbentang lahan kosong yang luas sejauh beberapa kilometer. Kawasan pemukiman umumnya terletak di luar kawasan penyangga, sehingga udaranya bersih dan bebas dari pencemaran udara.

Sebenarnya kawasan Kebayoran Baru di Jakarta Selatan, yang dibangun tahun limapuluhan oleh arsitek-arsitek Indonesia, asal muasalnya dirancang sebagai kawasan hunian yang terpisah dari hiruk pikuk daerah kota yang padat dan ramai. Tinggal di kawasan Kebayoran Baru pada waktu itu sangat nyaman dan udaranya bersih, dengan lahan kosong yang memisahkan daerah itu dengan daerah Kota sebagai buffer zone. Dengan dilebarkannya jalan penghubung yang sekarang menjadi boulevardThamrin - Sudirman , maka suasana nyaman kota baru Kebayoran menjadi tinggal kenangan masa silam. Apalagi buffer zone, lahan yang memisahkan kawasan Kota dan Kebayoran Baru sekarang, disesaki olehgedung-gedung tinggi dan hotel-hotel mewah. Tidak heran kalau banjir selalu melanda kawasan ini pada musim hujan, karena memang dulunya merupakan tempat dimana air menggenang. Demikian juga kawasan Kelapa Gading yang selalu menjadi langganan banjir, adalah buffer zone sebelah timur Jakarta.

Analogi dengan uraian diatas, hati kitapun memiliki buffer zone yang kadang-kadang tidak kita sadari dan tidak kita gunakan sepenuhnya. Buffer zone hati kita adalah tandon atau tempat penampungan kegelisahan dan kegundahan pada saat kita terkena cobaan atau musibah. Ada saat-saat dimana kita merasa sedih dan gundah, disaat itulah kita menumpahkan kesedihan dan kegelisahan itu dalam tandon hati. Biarlah dia mengendap diam-diam disana, biarlah semua kegelisahan itu mengendap dalam-dalam didasarnya, sehingga hati kita menjadi bersih kembali dan kita bisa berfikir dengan jernih. Bayangkan apabila hati kita tidak memiliki buffer zone atau buffer zone itu tidak digunakan sebaik-baiknya, maka segala kegelisahan itu bisa meluap dan meluber kemana-mana. Akibatnya, timbul rasa putus asa dan frustasi berkepanjangan, yang bisa berakibat fatal, misalnya bunuh diri.

Buffer zone juga diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat. Berita-berita politik yang kadang menyulut rasa emosional yang tidak perlu, atau kisah tentang kekerasan terhadap anak, ataupun berita-berita kriminal lainnya, semuanya memerlukan katup pelepas yang akan mendinginkan pikiran kita dan menjernihkan nalar kita. Dalam proses pencarian buffer zone itu dalam kehidupan bermasyarakat, saya melihat Kompasiana sebagai telaga oasis yang berpotensi untuk menjadi tempat berlabuh bagi hati yang gundah, mungkin melalui untaian kata-kata indah yang puitis, atau dengan menyertakan musik yang enak didengar. Telaga oasis ini juga bisa menjadi tempat untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan, yang dapat memberikan pencerahan bagi para pembacanya, atau sekedar tempat bercanda dan bersenda gurau dengan tanggapan-tanggapannya yang mengundang senyum dikulum, atau bahkan tertawa terbahak-bahak. Singkatnya, rumah sehat ini diharapkan dapat benar-benar memberikan hiburan yang sehat bagi pembacanya, bahkan akan lebih baik lagi kalau bisa menambah pengetahuan dan memperkaya wawasan bagi kita semua.

Jadi saya sangat menyayangkan apabila ada yang mencoba merusak rumah ini, dengan alasan apapun, dengan tulisan-tulisan yang bisa menyebabkan dahi berkerut, atau adrenalin teraduk-aduk, atau ulu hati terasa sesak, atau bahkan amarah meletup. Amit-amit, itu semua tentu tidak kita inginkan.

Salam Kompasiana

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun