Mohon tunggu...
Ris Sukarma
Ris Sukarma Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pensiunan PNS

Pensiunan pegawai negeri, sekarang aktif dalam pengembangan teknologi tepat guna pengolahan air minum skala rumah tangga, membuat buku dan fotografi. Ingin berbagi dengan siapa saja dari berbagai profesi dan lintas generasi.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Apakah Teroris Juga Bertawaf?

15 Maret 2010   16:33 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:24 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pertanyaan bernada guyon itu dilontarkan Karni Ilyas, pembawa acara Jakarta Lawyers Club (JLC), kepada Prayitno Ramelan, yang kita kenal sebagai Pak Pray, sesepuh blog Kompasiana ini, tadi malam di TV One. Pertanyaan ini muncul setelah Pak Pray dengan panjang lebar mengungkapkan latar belakang judul buku beliau berjudul “Intelijen Bertawaf”.

Dikatakan bahwa tawaf adalah suatu keteraturan sistem yang berlaku di alam ini, seperti teraturnya bulan mengelilingi bumi, bumi mengelilingi matahari, dan matahari mengelilingi bimasakti. Demikian pula, bidang intelijen memerlukan keteraturan sistem, karena kalau tidak, bisa kecolongan dengan aksi teroris yang semakin canggih pola pergerakannya. Dengan banyaknya kasus terorisme yang terjadi, apakah teroris juga bertawaf? Kata Karni, yang tidak sempat dijawab Pak Pray.

Acara berkala JLC, yang juga dihadiri antara lain oleh Gubernur NAD itu mengangkat isu terorisme di Indonesia setelah tewasnya Dulmatin, teroris yang paling dicari polisi selama ini. Dengan tewasnya Dulmatin, apakah aksi terorisme di Indonesia akan berkurang? Belum tentu. Cendekiawan muslim Azyumardi Azra menyebutkan bahwa potensi munculnya aliran radikalisme di Indonesia masih cukup tinggi.

Pak Pray mengatakan ada tiga strategi yang perlu dilakukan untuk membasmi terorisme, yaitu strategi militer, strategi budaya dan strategi politis. Yang dilakukan oleh polisi sekarang ini adalah strategi militer, dimana otak pelaku terorisme satu persatu diburu untuk ditangkap. Kedua strategi yang lainnya belum banyak dilakukan oleh Pemerintah, meskipun DPR sudah berulang kali mengingatkan Pemerintah akan pentingnya langkah-langkah yang non-represif.

Sayang karena waktu yang terbatas, Pak Pray tidak sempat menjelaskan secara lebih rinci strategi budaya dan strategi politik yang perlu dilakukan untuk membasmi terorisme di bumi Indonesia. Tapi yang jelas, saya sudah menikmati acara tersebut, karena bagi saya ini merupakan kesempatan yang pertama menyaksikan Pak Pray di layar kaca, karena selama ini hanya bisa bertutur sapa melalui Kompasiana, dan selama ini saya belum sempat hadir dalam acara kopdar.

Selamat Pak Pray, ini beberapa gaya Pak Pray yang sempat saya ambil, mohon maaf apabila kurang berkenan.

Salam Kompasiana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun