Mohon tunggu...
Ris Sukarma
Ris Sukarma Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pensiunan PNS

Pensiunan pegawai negeri, sekarang aktif dalam pengembangan teknologi tepat guna pengolahan air minum skala rumah tangga, membuat buku dan fotografi. Ingin berbagi dengan siapa saja dari berbagai profesi dan lintas generasi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

The Little Mermaid dan Gurita

30 Desember 2009   15:50 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:42 2117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_45903" align="alignright" width="234" caption="www.copenhagenpictures.dk"][/caption]

Di tepi sebuah pantai yang sepi dekat pelabuhan Kopenhagen, di sebuah tempat bernama Langelinie, ada sebuat patung gadis kecil yang sedang duduk diatas sebuah batu karang, dengan sebelah kakinya berupa ekor ikan. Itulah The Little Mermaid yang terkenal, yang menjadi ikon kota Kopenhagen. Penulis pernah mampir ke Kopenhagen dan menyempatkan melihat patung itu, yang ternyata terlalu “biasa” untuk sebuah patung yang terkenal. Patungnya kecil dan posisinya demikian tanggung untuk bisa diambil fotonya. Kita harus turun kepantai dan mencari posisi yang baik untuk mengabadikan patung yang terkenal itu. Tapi penulis sempat membeli miniaturnya yang kini menghiasi lemari yang khusus menyimpan memorabilia.

Kenapa patung itu begitu terkenal? Hans Christian Andersen, seorang pendongeng masyhur dari Denmark (patungnya ada di pusat kota Kopenhagen) mengangkat cerita The Little Mermaid yang merupakan salah satu dari 168 cerita dongeng yang dia ciptakan, yang sangat disukai anak-anak pada jamannya. The Little Mermaid atau terjemahan bebasnya “putri duyung cilik” bukanlah sebuah cerita bahagia, tapi sebaliknya, amat memilukan. Seorang putri duyung yang berbadan dan berwajah manusia tapi berkaki ekor ikan jatuh cinta kepada seorang pangeran yang selalu datang ke pantai dan memperhatikannya. Dia kemudian mendatangi seorang nenek sihir dan bersedia menyerahkan lidahnya kepada nenek sihir itu agar dia mendapatkan kaki manusia untuk menggantikan ekor ikannya. Dengan demikian dia bisa berjalan di daratan dan menemui pangeran sang kekasih. Akan tetapi, dia selalu merasakan kesakitan yang amat sangat ketika melangkah dengan kakinya yang baru itu, seolah-olah sedang berjalan di atas mata pedang. Tapi meskipun sudah berjalan dengan penuh kesakitan dan penderitaan, dia tidak pernah bisa bertemu dengan pangeran yang amat dicintai itu.

[caption id="attachment_45905" align="alignleft" width="300" caption="www,copenhagenpictures.dk"][/caption]

Kisah cinta yang tragis ini diabadikan dalam bentuk patung putri duyung cilik yang sedang duduk di atas batu karang, memandangi air laut dan masa kanak-kanaknya yang hilang sebagai peri laut, yang sudah ditinggalkannya. Dan peri laut itu sekarang bisa kita lihat di pantai Kopenhagen. Adalah pengusaha bir Carl Jacobsen (dari The Carlsberg Breweries) yang memesan patung itu dari pematung Edvard Erichsen dan menghadiahkannya kepada Kota Kopenhagen, setelah dia menontonpenari solo Ellen Price yang menari balet "The Little Mermaid" di Gedung Teater Kerajaan. Pada tanggal 23 Agustus 1913 patung itu ditempatkan di tempatnya yang sekarang. Bagi yang belum sempat ke Kopenhagen, patung puteri duyung itu akan bisa dilihat di pavilyun Denmark di World Fair Shanghai, dari bulan April 2010 sampai Februari 2011, dimana dia akan diboyong kesana untuk memeriahkan World Fair.

Lalu, apa hubungannya dengan gurita? Gurita yang jahat (the evil octopus) adalah salah satu teman putri duyung, bersama-sama dengan ikan hiu dan berbagai mahluk penghuni laut lainnya. Itulah cerita tentang putri duyung untuk menutup akhir tahun ini. Sedikit mengendurkan urat syaraf bolehlah, agar tidak terpana pada gurita Cikeas yang menggemparkan itu. Apalagi kita baru kehilangan Gus Dur, salah seorang anak bangsa terbaik negeri ini.

Salam Kompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun